Episode 12 - 1 Dae Gil shock melihat kedatangan Seol Im, dia lebih heran lagi saat mendengar Hantu ke-6 menyebut Seol Im anak buahnya Algoj...

Jackpot ( Daebak ) Episode 12

Episode 12 - 1
Dae Gil shock melihat kedatangan Seol Im, dia lebih heran lagi saat mendengar Hantu ke-6 menyebut Seol Im anak buahnya Algojo. Tapi Seol Im sendiri tampak santai-santai saja bertemu dengannya. Bahkan saat Hantu-6 menyentuhnya sambil mengancamnya, Seol Im langsung menepis tangannya dan memberitahunya sebuah pesan dari tuanya si algojo.




"Bahkan sekalipun kau kehilangan segalanya, setidaknya pertahankan nyawamu," itulah pesan Algojo.

Hantu ke-6 menolak diperlakukan seperti itu dan menyuruh Seol Im pergi saja. Seol Im tidak mau dan langsung duduk di belakang Hantu ke-6 sambil bersikeras bahwa dia mendapat perintah dari tuannya untuk memastikan Hantu ke-6 tetap hidup.


Dae Gil menarik lengan Seol Im agar mereka bisa bicara berdua di luar tapi Seol Im langsung menampik tangannya "Seol Im yang pernah kau kenal, sekarang sudah tidak ada lagi. Sekarang aku adalah milik Algojo."


In Jwa datang tak lama kemudian untuk menyaksikan permainan mereka. Sebelum permainan dimulai, Dae Gil mempertaruhkan surat-surat kepemilikan kasino yang diambilnya dari In Jwa, semua dokumen itu menunjukkan bahwa 12 kasino milik In Jwa seharga 10.000 nyang.


"Selain itu, aku akan mempertaruhkan nyawaku."

"Kau terlihat sangat percaya diri. Lalu, apa yang harus kupertaruhkan?"

"Kepemilikan kasinomu ini... dan nyawamu."

Hantu ke-6 setuju. In Jwa menyela mereka dan mengusulkan agar para penonton juga ikut bersenang-senang dengan bertaruh akan siapa yang nantinya akan menang. Para penonton langsung mempertaruhkan uang-uang mereka untuk Hantu ke-6 dan tidak ada satupun yang bertaruh untuk Dae Gil.


Tapi kemudian, anak-anak buahnya In Jwa mengeluarkan dua buah peti besar yang penuh berisi emas batangan dan uang koin yang jika semuanya ditotal jumlahnya 5.000 nyang. Dan dia mempertaruhkan semua itu untuk Dae Gil. Permainan pun akhirnya dimulai.


Pangeran Yeoning masuk ke ruang dokumen tapi disana dia mendapati Jin Ki sudah menunggunya bahkan tahu apa yang Pangeran Yeoning cari di tempat ini lalu dengan santainya melemparkan beberapa surat kontrak perbudakan padanya.


"Hwang Jin Ki."

"Ow, seseorang yang begitu penting seperti anda, tahu siapa saya. Saya merasa terhormat."

"Kau dulu prajurit militer. Sekarang, kau menjadi anjingnya Yi In Jwa."

Jin Ki langsung tersinggung mendengarnya bahkan langsung mengeluarkan pedangnya. Pangeran Yeoning sontak ketakutan dan langsung mundur dan menutup pintu ruangan itu kembali. Dari dalam, Jin Ki memperingatkan Pangeran untuk segera membuka pintunya atau jika tidak maka dia akan mendobraknya.


Pangeran Yeoning bingung harus bagaimana. Tapi tepat saat itu juga, dia melihat dua buah guci minyak tanah. Dia mengambilnya lalu membuka pintunya sedikit dan menawarkan sejumlah uang pada Jin Ki asalkan Jin Ki membantunya mengangkut semua dokumen di ruangan itu. Jin Ki cuma menatapnya dengan kening berkerut.

"Kenapa? Tidak mau?"

"Apa yang sedang kau rencanakan?"

"Kurasa itu artinya tidak. Kalau begitu tidak ada yang bisa kulakukan,"




Pangeran Yeoning lalu melempar dua guci minyak tanah itu pada Jin Ki lalu melempar obor yang sontak membakar semua surat kontrak para budak dan membuat Jin Ki terperangkap dalam api, menutup pintunya kembali dan menguncinya dengan palang kayu.



Pangeran Yeoning baru saja hendak keluar saat Jin Ki tiba-tiba mendobrak pintunya sampai hancur dan berjalan keluar dengan tenang. Pangeran Yeoning langsung ketakutan dan melarikan diri, berusaha menyelamatkan nyawanya dari tebasan pedang Jin Ki.


Sekarang giliran Dae Gil lagi untuk mengocok dadunya dan menjalankan bidaknya. Sayangnya dia cuma dapat angka tujuh tapi dia tetap menjalankan gamenya dengan tenang. Setelah itu dia mengambil dan mengembalikan dadu-dadunya kedalam cangkir bambu pelan-pelan sebelum memberikannya pada Hantu ke-6.


Bidak hantu ke-6 sekarang tinggal 2 dan jika dia berhasil mendapatkan angka doble enam maka dialah yang akan keluar sebagai pemenangnya. Sebelum mengocok dadunya, Hantu ke-6 mengambil guci araknya lagi tapi mendapati guci itu sudah kosong. Seol Im datang dengan membawakan seguci arak baru untuknya.


Hantu ke-6 pun mulai mengocok cangkir bambunya dan Dae Gil langsung menutup mata untuk berkonsentrasi mendengarkan suara kocokan dadu itu, lalu tiba-tiba saja dia dan Hantu ke-6 mendengar suara aneh dari dalam cangkir bambu itu.


Hantu ke-6 berhenti sejenak karena bingung tapi kemudian cepat-cepat mengocoknya lagi lalu membantingnya ke meja dan saat dia membukanya, ternyata salah satu dadu kayu itu pecah dan alhasil Hantu ke-6 pun tidak bisa jadi pemenangnya. Dia curiga itu pasti ulah Dae Gil.


Dan dalam flashback memang benar, diam-diam Dae Gil memang sengaja menekan keras salah satu dadu kayu sampai retak secara diam-diam sebelum dia mengembalikannya kedalam cangkir.

Tapi tentu saja Dae Gil menyangkal tuduhan Hantu ke-6 dan pura-pura tak tahu apa-apa. Tapi Dae Gil tidak bisa menang begitu saja hanya karena dadunya hancur, karena aturan main menyatakan bahwa jika dadu rusak maka itu artinya ronde itu tidak sah dan mereka harus memulai ronde baru dengan set dadu baru.


Hantu ke-6 lalu minta satu set dadu baru. Anak buahnya membawakan ssatu set dadu baru tapi Dae Gil curiga kalau dadu itu sudah dimanipulasi agar bisa selalu berakhir di angka 6. Dia mencoba melemparnya dan ternyata kecurigaannya benar. Anak buahnya hantu ke-6 terus membawakan set-set dadu baru lainnya dan Dae Gil terus menerus mencobanya dan semuanya menunjukkan kalau dadu itu sudah dimanipulasi.

Dae Gil tidak terima kalau mereka menggunakan dadu dari kasino ini dan menuntut agar mereka menggunakan dadu milik orang lain. Kesal, Hantu ke-6 langsung berteriak pada para penonton mereka "Apa ada yang punya dadu disini?!"


Seorang anak kecil maju membawakan satu set dadu. Kali ini Dae Gil setuju untuk main dengan menggunakan dadu itu. Hantu ke-6 kembali mengingatkan Dae Gil bahwa jika dia berhasil mendapatkan angka dobel enam maka dialah yang akan menang dan nyawa Dae Gil akan melayang di tangannya. Hantu ke-6 lalu mulai mengocok dadunya lalu membantingnya ke meja.


Tapi belum sempat mengangkat cangkirnya, Dae Gil tiba-tiba mengusulkan untuk mengubah aturan mainnya dengan alasan agar permainan lebih menarik. Aturan baru yang diusulkannya adalah "Jika kau mendapatkan angka dobel 3 maka akulah yang menang. Tapi jika kau tidak mendapatkan angka dobel 3 maka kau memenangkan semuanya. Jika aku menang maka nyawa semua budak itu adalah milikku"

"Dasar kunyuk! Kau punya nyali paling besar di Joseon. Apa kau yakin?"

"Kenapa apa kau takut?"

"Dasar anak kecil! Baiklah, aku akan memberikan mereka semua jika kau menang,"


In Jwa berusaha memperingatkan Hantu ke-6 bahwa dia mungkin saja bisa kalah dan kehilangan segalanya. Tapi Hantu ke-6 tidak percaya dan sangat yakin kalau dia pasti akan menang.


Cangkir pun akhirnya dibuka... tapi ternyata kedua dadu menunjukkan angka 3. Dae Gil lah pemenangnya. Hantu ke-6 shock. Hmm... apa yang sebenarnya terjadi?


Ternyata dalam flashback, kita melihat dadu yang diberikan anak kecil tadi bukanlah dadu biasa, tapi dadu pemberian Dae Gil.


Anak-anak buahnya In Jwa langsung mengambil semua uang yang mereka menangkan lalu pergi sementara  Dae Gil menuntut Hantu ke-6 untuk mengembalikan semua uang dan semua hasil keringat dan darah para budak yang selama ini Hantu ke-6 eksploitasi.

Hantu ke-6 jadi sangat marah mendengarnya "Siapa kau sebenarnya?"

"Aku kan sudah bilang. Aku cuma seorang pria yang sangat beruntung,"


Hantu ke-6 dan anak-anak buahnya langsung menyerang Dae Gil. Tapi Dae Gil berhasil menangkis dan menyerang balik dengan mudah. Hantu ke-6 maju untuk menyerang Dae Gil dengan kapaknya tapi Dae Gil berhasil menorehkan pedangnya ke dada Hantu ke-6 tapi tidak sampai melukainya.

"Apa kau pernah membunuh orang? Jangan cuma pura-pura jadi pria tangguh. Coba bunuh aku,"

Bukannya membunuhnya, Dae Gil malah memasukkan pedangnya kembali kembali ke sarungnya. Dia mengklaim kalau dia bukannya tidak bisa membunuh Hantu ke-6, dia hanya memberi kesempatan pada para budak agar mereka saja yang membunuh Hantu ke-6. Para budak itu langsung menuntut Hantu ke-6 untuk mengembalikan semua uang mereka. Tapi saat Hantu ke-6 marah dan mengancam mereka, mereka langsung mengkerut ketakutan.


Seol Im lah yang langsung maju menusuk Hantu ke-6 dengan belatinya "Mati kau! Ini adalah balasan atas ayah dan ibuku,"


Tapi Hantu ke-6 dengan mudahnya mengambil alih belati itu dari tangan Seol Im lalu menempelkannya di leher Seol Im dan memberitahunya bagaimana dulu dia membunuh ayahnya Seol Im. Yaitu dengan meracuni arak yang diminum ayahnya.

Dan Seol Im dengan tenangnya bertanya "Dan apa yang kau rasakan?"


Dia menggigit tangan Hantu ke-6 agar dia bebas dari cengkeramannya dan tiba-tiba saja Hantu ke-6 mulai oleng. Ah, ternyata guci arak yang tadi Seol Im berikan pada Hantu ke-6, sudah dia campuri dengan racun terlebih dulu.


Pandangan mata Hantu ke-6 mulai buram dan terjatuh lemas. Seol Im mengambil belatinya lalu menusuk perut Hantu ke-6. Dengan berlinang air mata dia memberitahu Hantu ke-6 bahwa dia tinggal disisi Algojo hanya supaya dia bisa balas dendam pada Hantu ke-6.


Dan seketika itu pula, para budak langsung mengeroyok Hantu ke-6 dengan penuh dendam.


Pangeran Yeoning terlempar keluar. Tapi kemudian dia berteriak menyuruh semua anak buahnya keluar dan seketika itu pula, Jin Ki dikepung oleh sekumpulan pengawal Pangeran Yeoning. In Jwa datang tepat saat itu juga. Saat Pangeran Yeoning bertanya apa yang dilakukannya disini, In Jwa dengan santainya berkata kalau dia baru saja menyaksikan saat-saat terakhir Hantu ke-6.

Tentu saja Pangeran Yeoning heran mendengar nada bicara In Jwa yang seolah tak peduli sama sekali dengan kematian Hantu ke-6, bukankah dia anak buahnya In Jwa?

"Mana mungkin orang tak berguna seperti dia anak buah saya" kata In Jwa "Pangeran, saya tahu anda sibuk menjalankan tugas anda. Tapi bagaimanapun, anda harus selalu berpikir. Apa anda melupakan sesuatu atau kehilangan arah akan sesuatu? Ada sebuah pepatah yang mengatakan bahwa anda harus mengetuk sebuah jembatan batu sebelum menyeberang"

"Apa yang sebenarnya ingin kau katakan?"

In Jwa menolak mengatakan maksudnya sebelum akhirnya memberitahu Pangeran Yeoning bahwa dia pasti akan membalas tonjokan pangeran 2 bahkan 3 kali lipat "Anda mungkin harus kehilangan semua yang anda miliki"


Setelah In Jwa pergi, Pangeran Yeoning masuk kedalam kasino dan mendapati para budak sedang mengeroyok Hantu ke-6. Pangeran Yeoning berteriak untuk menghentikan mereka dan mengingatkan mereka akan hukum. Tapi para budak itu tidak peduli dan terus mengeroyok Hantu ke-6.

Melihat kemarahan semua budak, Pangeran Yeoning langsung berlutut dan menyatakan maaf pada semua budak. Para pengawal langsung ikut berlutut bersamanya dan para budak itupun akhirnya terdiam "Saya meminta maaf, atas dosa karena telah membuat semua orang di negeri ini mengalami penistaan. Atas dosa karena tidak mampu melihat air mata kalian. Dan atas dosa karena telah membuat kaliam terjatuh sampai ke dasar. Atas nama Baginda Raja, Putra Mahkota dan semua pejabat pemerintah, saya meminta maaf. Jadi, tolong hentikan sekarang"

Pengawalnya meminta Pangeran Yeoning untuk berdiri. Pangeran Yeoning lalu memberitahu mereka bahwa semua surat kontrak perbudakan mereka sudah hilang, dia lalu memerintahkan para pengawalnya untuk membawa semua budak ini pergi sekarang juga.

Tapi belum sempat memberitahu kalau tempat ini sebentar lagi akan dilalap api, salah seorang tiba-tiba  berteriak, "API! ADA API! CEPAT KELUAR!"


Semua orang langsung melarikan diri dari sana. Pangeran Yeoning memerintahkan para pengawalnya untuk menahan Hantu ke-6 sekarang juga. Tapi bahkan dalam keadaan sekarat, Hantu ke-6 terus berusaha melawan dan menyatakan kalau dia tidak akan pergi dari kasino ini, dia mau mati saja di tempat ini. Dan tepat setelah dia menyatakan itu, dua anak tiba-tiba menancap di punggungnya. Pangeran Yeoning melihat sekilas sosok pembunuhnya yang mirip Dam Seo.


Pangeran Yeoning langsung keluar mengejarnya tapi dia tidak melihat ada seorang pun. Dam Seo sebenarnya tengah bersembunyi tak jauh dari sana dan melihat Pangeran Yeoning dari tempat persembunyiannya. Melihat Pangeran Yeoning mengingatkan Dam Seo akan saat kebersamaan mereka berdua di hutan malam itu.


Merasakan kehadiran seseorang, Pangeran Yeoning berpaling ke arah tempat persembunyian Dam Seo tapi Dam Seo cepat-cepat menyembunyikan dirinya sebelum pangeran sempat melihatnya.


Semua orang melihat kasino itu terbakar. Para budak menangis haru dan berteriak-teriak penuh suka cita karena akhirnya tempat itu dan pemiliknya hangus terbakar api. Seol Im akhirnya lega karena dendamnya akhirnya terbalaskan.


Dae Gil lalu mengajak Seol Im pergi. Mereka berjalan pergi dengan diiringi sorakan gembira dan bungkukan hormat pada budak.


Pangeran Yeoning lalu pergi menemui Kepala Pedagang Baek dan anak buahnya. Tapi Kepala Pedagang Baek memberitahunya kalau buku keuangan itu sudah tidak ada padanya lagi. Tentu saja Pangeran Yeoning kecewa, setelah semua perjuangannya untuk membebaskan mereka dari cengkeraman Hantu ke-6, buku itu malah mereka jual pada orang lain.


Dalam flashback, ternyata Golsa lah pelakunya. Dia menawarkan dua batang emas pada Kepala Pedagang Baek untuk buku itu.

Episode 12-2
Dae Gil membawa Seol Im menemui kakeknya. Saat Tuan Nam mendengar nama Seol Im, dia langsung menggodanya karena nama Seol Im terdengar seperti debaran hati. Mereka lalu makan malam bersama dimana Tuan Nam bertanya "Apa kau pacaran dengan Dae Gil? Seperti itukah hubungan kalian?"

Seol Im tersenyum malu-malu tapi Dae Gil langsung tersedak sampai batuk-batuk dan menyangkal dugaan Tuan Nam. Kalau mereka tidak pacaran lalu kenapa Dae Gil membawa pulang seorang gadis dewasa? tanya Tuan Nam. Ada lah alasannya, jawab Dae Gil.




Terlepas dari apapun alasan Dae Gil, Tuan Nam terus saja menginterogasi Seol Im seperti layaknya calon mertua menginterogasi calon menantu. Apa orang tuanya masih ada? Berapa umur Seol Im? Dll. Dae Gil terus protes dan bersikeras kalau hubungan mereka tidak seperti yang Tuan Nam pikirkan.


Setelah makan, Seol Im membantu mencuci piring. Tuan Nam terus-menerus memanjakan Seol Im bahkan melarang Seol Im cuci piring agar tangan cantik Seol Im tidak kasar. Seol Im tidak mempermasalahkannya karena dia berniat untuk membalas kebaikan mereka yang telah memberinya makan.

"Kukira wajahmu saja yang cantik, tapi ternyata hatimu juga cantik. Dae Gil-ah, kau pasti membawanya kemari untuk suatu alasan. Bagaimana kalau kalian menikah saja..."

"Aku kan sudah bilang tidak seperti itu" ujar Dae Gil sebal dan Seol Im tampak kecewa dengan reaksi Dae Gil.


In Jwa membawa semua uang hasil kemenangan taruhannya pada Dae Gil ke gibangnya Hwang Gu dan bertemu para menteri disana. Sesuai janjinya saat dia meminta para menteri untuk membagikan isi gudang mereka untuk rakyat, sekarang dia datang membawakan semua uang dan emas itu untuk mengisi kembali gudang para menteri yang sudah mereka kosongkan.

Tapi dia bertanya-tanya apakah mereka sudah bertemu dengan Putra Mahkota. Il Soo berkata sudah, bahkan dia mengklaim kalau hasilnya benar-benar sesuai prediksi In Jwa. In Jwa pun senang.


Pada saat bersamaan, Pangeran Yeoning kembali ke istana dan langsung mendapat kabar buruk. Dia langsung pergi menemui Putra Mahkota Yoon yang mengkonfirmasi kebenaran kabar yang Pangeran Yeoning dengar, bahwa dia akan merombak kantor Inspektur Jenderal.

Alasannya memutuskan melakukan hal ini adalah Pangeran Yeoning telah melakukan hal-hal yang tak pantas, seperti kejadian di kasino di Seosomun yang membuat nyawa seseorang melayang dan juga fakta kalau Yeoning berlutut pada rakyat atas nama Baginda Raja dan dirinya.

Dia benar-benar sangat marah dan tidak terima karena Yeoning telah mempermalukan raja dan dirinya dengan cara seperti itu. Dia tidak mau menerima alasan apapun bahkan sekalipun Yeoning memiliki ribuan mulut. Karena itulah, dia memecat Yeoning dari jabatannya ini.


Para menteri senang karena jika semua sayap Pangeran Yeoning sudah putus maka itu artinya, Pangeran Yeoning tidak akan bisa menghapus larangan pada pedagang kecil. Tapi In Jwa tetap tidak bisa tenang, menurutnya semua ini masih belum cukup.


Pangeran Yeoning keluar dengan langkah lesu dan mendapati Kim Chang Jib tengah menunggunya di luar. Dia berusaha menyemangati Pangeran Yeoning dan menyarankannya untuk pergi menemui raja dan meminta bantuan raja. Karena saat ini, satu-satunya orang yang bisa menolongnya hanya raja seorang.


Pangeran Yeoning pun langsung pergi menemui raja dan mengaku kalau dia datang untuk meminta nasehat raja. Raja tak percaya mendengarnya "Aku memberimu sebuah pedang dan kau, anak bodoh, malah menggunakannya untuk menusuk kakimu sendiri. Lalu nasehat apa lagi yang kau minta sekarang? Hah?"

Raja bertanya-tanya apa sebenarnya arti jabatannya di kantor Inspektur Jenderal bagi Yeoning. Apa Yeoning pikir,dia tidak akan bisa melakukan apapun jika dia tidak memiliki jabatan itu. Apa Yeoning pikir dia tidak punya kekuasaan tanpa jabatan yang sebenarnya cuma sekedar pekerjaan itu.


Raja menuang air kedalam mangkok minumnya lalu meminumnya dan berkata "Opini publik itu sama seperti air dalam mangkok ini. Airnya berayun ke arah condongnya mangkok. Lalu, apa kau airnya atau mangkoknya? Kau sendiri yang memutuskan kemana airnya akan dituang. Jadi kenapa kau mau saja diayun-ayun tanpa mangkok? Baik kau hidup ataupun mati, bersikaplah seolah kau memegang sebuah mangkok!" bentak Raja sambil melempar mangkok itu pada Yeoning dengan penuh amarah.

Shock mendengar kemarahan Raja, Pangeran Yeoning berjanji bahwa dia akan selalu mengingat nasehat Raja itu dalam hatinya. Begitu keluar, dia langsung bertanya pada pengawalnya dimana rumahnya Dae Gil.


Seol Im memberitahu Dae Gil bahwa setelah mereka berpisah waktu itu, dia benar-benar tidak punya tempat tinggal. Saat itu dia benar-benar bertekad untuk membalas dendam kematian orang tuanya. Suatu hari, dia melihat Algojo lewat.


Dia mengikuti Algojo yang saat itu menemui Hantu ke-6. Dia berusaha membunuh Hantu ke-6 dengan sebuah pisau, tapi Hantu ke-6 langsung menangkapnya dengan dengan mudahnya. Hantu ke-6 hampir saja mengkampak tangannya, tapi Algojo menghentikannya. Hantu ke-6 marah pada Algojo dan langsung mengkampak tangan Algojo.


Tapi Algojo tidak bereaksi seolah tidak kesakitan sama sekali, bahkan dengan tenangnya dia melepaskan kapak itu dari tangannya dan memperingatkan Hantu ke-6 untuk tidak menyentuh wanita. Sejak saat itu, Seol Im memutuskan untuk tinggal dengan Algojo sampai dia berhasil membunuh Hantu ke-6.


Dan sekarang setelah segalanya sudah berakhir, dia berniat untuk memberitahu Algojo kalau dia akan pergi meninggalkannya.



Pangeran Yeoning muncul tak lama kemudian dan langsung ikut duduk bersama mereka sambil protes karena mereka minum berdua saja dan tidak mengajaknya. Awalnya Seol Im bingung melihat Pangeran Yeoning sebelum akhirnya dia ingat "Oh, yang kemarin yah? Tapi kau siapa?"

Pangeran Yeoning langsung protes karena Seol Im bicara dengan nada tak hormat padanya "Ada apa sebenarnya dengan semua orang? Apa mereka tidak punya etiket yang benar?" protes Pangeran Yeoning pada Dae Gil yang selama ini juga tak pernah menghormatinya.


"Aku lebih tua darimu" alasan Dae Gil.

"Memangnya apa pentingnya itu? Kita kan teman."

"Apa? Teman katamu? Kalau begitu panggil aku 'Hyungnim'."

Pangeran Yeoning langsung protes. Seol Im tidak mengerti apa masalahnya, bukankah pangeran Yeoning kemari untuk bicara dengan hyungnimnya, "Ayo panggil saja dia hyungnim"


"Kau, apa kau bahkan tahu siapa aku?"

Seol Im langsung tertawa geli mendengarnya, "Memangnya kau pangeran atau semacamnya?"

"Aku memang pangeran."

Tapi Seol Im tidak percaya dan yakin sekali kalau dia cuma bercanda. Dae Gil lah yang akhirnya harus mengkonfirmasi, "Dia memang pangeran"


Beberapa saat kemudian, Seol Im dihukum dengan disuruh angkat tangan sementara kedua pria itu ngobrol membicarakan target Dae Gil selanjutnya yaitu Golsa. Seol Im berusaha ikut bicara tapi Pangeran Yeoning langsung mengingatkannya untuk angkat tangan dan diam.


Pangeran Yeoning juga menargetkan Golsa dan memberitahu Dae Gil tujuan utamanya adalah untuk menghapus larangan izin pedagang kecil dan memutus semua sumber keuangan In Jwa. Untuk melakukan itu dia membutuhkan buku keuangan yang mencatat berbagai korupsi sementara saat ini buku itu ada di tangan Golsa.


Seol Im meminta izin untuk bicara. Pangeran Yeoning pun akhirnya melunak dan mengizinkan Seol Im untuk menurunkan tangannya. Seol Im mengaku kalau dia pernah mendengar sesuatu tentang Golsa. Tapi belum sempat mengatakannya, Tuan Nam tiba-tiba muncul dan meneriakkan nama Golsa dengan penuh dendam dan menuntut dimana Golsa sekarang karena dia ingin membunuh Golsa.


Tuan Nam lalu memberitahu mereka bahwa selain In Jwa, ada satu orang lagi yang pernah menjahatinya dan orang itu adalah Golsa karena Golsa adalah orang yang dulu mengambil satu matanya saat dia ketahuan melakukan kecuragan saat dia berjudi dengan Golsa dulu.


Seol Im berusaha bicara lagi tentang informasi yang dia ketahui tentang Golsa. Tapi Dae Gil langsung menyela dan bertanya pada Tuan Nam tentang apa sebenarnya keahlian Golsa. Tuan Nam tidak begitu tahu pasti karena Golsa itu seorang produsen yang mampu membuat segala macam barang sesuai pesanan kliennya.

Dan sekarang, Golsa telah menjadi pria paling berkuasa yang menguasai segala perdagangan di Mapo. Bahkan para pejabat pun harus minta izin dulu pada Golsa sebelum mereka bisa mengangkut barang-barang mereka ke kapal. Intinya, Golsa itu sudah seperti raja di Mapo.

Pedagang adalah sumber keuangan In Jwa yang paling besar dan utama, yang kedua adalah kasinonya Hong Mae, dan yang ketiga adalah Golsa. Karena itulah, jika mereka berhasil mengalahkan Golsa maka kekuatan In Jwa pun akan melemah.


Seol Im terus berusaha untuk bicara tapi dia tidak pernah punya kesempatan karena para pria itu terus saja bicara. Kesal, dia akhirnya mengetuk meja dan meminta mereka untuk memberinya kesempatan bicara dan menginformasikan pada mereka tentang informasi yang pernah dia dengar, bahwa Golsa memiliki seorang anak yang ditawan oleh In Jwa.


Dae Gil sekarang mengerti kenapa Golsa harus selalu membayar sangat mahal pada In Jwa, semua itu karena In Jwa menawan anaknya Golsa. Jadi sekarang yang harus mereka lakukan adalah mencari anaknya Golsa dan membebaskannya dari In Jwa.


Mereka pun mulai menjalankan rencana mereka. Tuan Nam pura-pura mengerang kesakitan di depan kasinonya Hong Mae. Begitu dua penjaga kasino menghampiri Tuan Nam, Pangeran Yeoningpun langsung menyelinap masuk kedalam kasino.


Tapi begitu masuk, sosoknya langsung tertangkap oleh mata tajam Hong Mae dari kejauhan. Hong Mae langsung mengejarnya, tapi saat dia berhasil mengejarnya ternyata pria itu bukan Pangeran Yeoning.


Tak lama kemudian, Pangeran Yeoning akhirnya menemukan sebuah ruangan. Tapi tak ada apapun disana.


Sementara itu, Seol Im mendatangi Hwang Gu di gibang Wolhyanggak dengan maksud melamar jadi gisaeng. Dalam sesi wawancaranya, dia berbohong mengatakan kalau sebelumnya dia adalah gisaeng di Busan lalu menunjukkan keahliannya menari. Sementara Hwang Gu sibuk menilai Seol Im, Dae Gil diam-diam masuk membuka setiap kamar untuk mencari anaknya Golsa.


Hwang Gu menilai keahlian Seol Im cukup bagus tapi fisiognominya kurang bagus. Seol Im baik pada orang lain tapi dia tidak punya teman. Seol Im memiliki jiwa beracun dan kejam, siapapun yang bersentuhan dengannya pasti akan sulit menghindari kematian. Seol Im langsung terdiam. Karena dugaannya benar, Hwang Gu pun langsung mengusir Seol Im.


Seol Im akhirnya keluar dengan langkah lesu. Tepat saat itu juga, dia melihat Dae Gil keluar. Dae Gil langsung berhenti saat dia melihat wajah sedih Seol Im. Tapi tepat saat itu juga, Hwang Gu memanggil Seol Im. Dae Gil pun cepat-cepat pergi sebelum ketahuan.


Hwang Gu menawari Seol Im untuk mengajarinya cara untuk mengeluarkan takdir buruk yang tersemat dalam tubuhnya itu.


Dae Gil berkeliling ke area lain. Saat dia hendak membuka salah satu kamar, terdengar suara seorang wanita dari dalam. Dia hendak pergi, tapi tiba-tiba wanita itu berkata "Kau pasti seseorang yang punya ilmu bela diri. Tidak ada apapun yang bisa dicuri di kamar ini. Jika kau cuma seorang pencuri, tinggalkan tempat ini"


Tuan Nam berteriak senang karena dia menang banyak. Hong Mae heran kenapa Tuan Nam ribut sekali padahal ini bukan pertama kalinya dia main. Tuan Nam langsung melirik ke belakang Hong Mae. Sontak Hong Mae pun langsung menoleh mengikuti arah pandang Tuan Nam tapi Pangeran Yeoning sudah menghilang diantara kerumuman begitu dia menoleh.


Penasaran mendengar wanita itu, Dae Gil pun langsung membuka kamar itu dan mendapati ada seorang wnaita muda bangsawan sedang sibuk membaca buku dan di sekelilingnya pun penuh buku. Wanita bertanya siapa Dae Gil tapi Dae Gil langsung bertanya balik apakah dia mengenal Golsa. Wanita itu menuntut Dae Gil untuk menjawab pertanyaannya dulu.


Tapi tepat saat itu juga, Hwang Gu tiba-tiba mengumumkan kedatangannya dari luar pintu. Dae Gil bersembunyi saat Hwang Gu masuk. Dia datang membawakan buku-buku yang diminta wanita itu. Sebelum pergi, Hwang Gu mengedarkan pandangannya ke sekeliling kamar seperti mencurigai sesuatu.


Dae Gil akhirnya keluar dari persembunyiannya begitu Hwang Gu pergi. Dae Gil memberitahunya kalau dia datang untuk menyelamatkannya.

"Apa kau bahkan tahu siapa aku?" tanya wanita itu

"Putrinya Golsa. Kau cukup hebat juga, bisa menebak seseorang hanya dari suara langkah kaki mereka."

"Aku tidak tahu siapa kau. Tapi aku yakin kau salah. Aku berada di Wolhyanggak bukan sebagai tawanan."

Dalam flashback, kita melihat In Jwa mengancam wanita itu untuk tetap diam atau ayahnya akan mati. Tapi pada Dae Gil wanita itu berkata kalau dia bukan tawanan. Karena Dae Gil bisa melihat sendiri kalau dia tidak dijaga oleh siapapun dan dia bisa pergi kapanpun dia inginkan.


"Kalau begitu kurasa kau tidak akan peduli kalau Golsa akan mati di tanganku. Kau pasti sudah mendengar rumor tentang akhir riwayat Hantu ke-6. Akulah orang yang telah membunuh Hantu ke-6, Baek Dae Gil."


Beberapa saat kemudian, Dae Gil pergi mendatangi Golsa. Golsa menyambut dan memanggil Dae Gil sebagai anaknya Baek Man Geum. Sementara Putrinya Golsa, mondar-mandir gelisah di dalam kamarnya.

0 Comments: