Episode 13-1  Baek Dae Gil menemui Yeon Hwa dan berkata kalau Gol Sa akan mati ditangannya. Mendengar hal itu, Yeon Hwa mulai terlihat taku...

Jackpot ( Daebak ) Episode 13

Episode 13-1
 Baek Dae Gil menemui Yeon Hwa dan berkata kalau Gol Sa akan mati ditangannya. Mendengar hal itu, Yeon Hwa mulai terlihat takut, karena dia sudah mendengar bagaimana sepak terjang Dae Gil selama ini. Mulai dari Dae Gil yang berkeliling ke tempat perjudian dengan menggunakan topeng Sarjana Baek Myun sampai Bae Dae Gil yang berhasil membunuh Iblis ke-6. Namun Yeon Hwa tetap berpendapat kalau Dae Gil tidak akan bisa mengalahkan In Jwa.



Dae Gil menjawab kalau dia memang harus menghadapi In Jwa, walau selama ini dia selalu kalah dari In Jwa. “Jika bukan aku, tidak akan ada yang berubah. Aku tahu perasaanmu demi menyelamatkan ayahmu. Tapi kau tidak akan bisa melakukan itu  hanya dengan duduk saja seperti itu. Ketahuilah, Jika kau tidak bertindak,  tidak akan ada yang berubah. Tidak satupun...,” ucap Dae Gil dan pergi. Saat sendirian, Yeon Hwa terlihat mulai ketakutan.


Keluar dari rumah gisaeng, Dae Gil melihat Seol Rim menunggunya. Saat melihat Dae Gil, Seol Rim langsung teringat pada apa yang Hwang Gu katakan padanya.


“Baek Ho Dae Sal... Dari semua bintang, bintangmulah yang  sangat mengerikanKau hanya punya 2 pilihan. Salah satunya adalah pergi dari sini  dan hidup sendirian. Ini cara yang paling mudah karena nasib burukmu tidak akan berdampak kepada siapapun. Cara lainnya adalah, membunuh orang yang kau cintai.”


Mengingat ucapan Hwang Gu, membuat Seol Rim terdiam sehingga Dae Gil langsung bertanya apa sudah terjadi sesuatu? dan Seol Rim menjawab tidak. Dae Gil kemudian menghela nafas dan berkata kalau anak Gol Sa adalah seorang wanita.


Hwang Gu menemui Yeon Hwa dan bertanya apa dia merasa tidak yakin kalau sekarang sudah bertemu dengan Baek Dae Gil? Yeon Hwa terdiam di tanya seperti itu. Hwang Gu lalu duduk di depan Yeon Hwa dan bertanya apa dia harus menceritakan cerita lucu untuk Yeon Hwa.

“Bintang Baek Dae Gil menunjukkan kalau dia dilahirkan dari kalangan Kerajaan. Kau memiliki pengetahuan soal perbintangan. Kau pasti tidak mengalami kesulitan dalam mengartikan perkataanku,” ucap Hwang Gu dan Yeon Hwa hanya diam.


Dae Gil, Seol Rim dan pangeran Yeoning melakukan rapat tentang rencana mereka selanjutnya. Dae Gil berkata kalau dia sudah berusaha membujuk Yeon Hwa, tapi tidak berhasil. Pangeran Yeoning mengerti dengan apa yang Yeon Hwa lakukan, dia bersedia disandera untuk melindungi ayahnya. Namun Dae Gil berpendapat kalau semua itu tidak ada sangkut pautnya dengan dirinya, karena Yeon Hwa tidak pernah masuk ke dalam rencana untuk menghancurkan Gol Sa.

“Kita akan menangkap Gol Sa besok,” ucap Dae Gil dan Pangeran Yeoning berkata kalau hal itu tidak akan mudah, karena Gol Sa adalah orang yang kuat. Seol Rim setuju dengan pendapat Pangeran Yeoning. Dae Gil menjawab kalau semua itu tidak akan susah, jika Pangeran Yeoning ikut membantu. Dia ingin Pangeran meminta pejabat di Inspektoral jendral untuk menahan pasukan yang dimiliki Gol Sa, sehingga Dae Gil bisa bermain dengan Gol Sa.



“Itu...akan ada masalah. Setelah kita menyingkirkan Iblis ke-6.... Aku sudah dikeluarkan dari sana. Baik posisiku dan jabatanku.. namaku sudah dihapus disana. Tapi aku punya cara lain,” ucap Pangeran Yeoning dan sekarang kita melihat pangeran Yeoning keluar rumah Dae Gil.


Saat pamit pulang, Pangeran Yeoning bertanya pada Dae Gil apa dia yakin dengan rencana mereka dan dengan yakin Dae Gil menjawab kalau besok pukul 3 – 5 sore, mereka mulai beraksi, jadi dia meminta Pangeran Yeoning untuk tidak terlambat.


Setelah pangeran Yeoning pergi, Seol Rim juga pamit pulang karena si penjagal pasti sedang menunggunya.

“Kau akan kembali kan?” tanya Dae Gil, namun tak dijawab oleh Seol Rim. Dia hanya berkata kalau Dae Gil jangan sampai terluka dan Dae Gil mengangguk. Tanpa Dae Gil sadari, Mo Myung memata-matai dirinya.

Mo Myung kemudian melaporkan informasi yang dia ketahui pada In Jwa. Dia memberitahu In Jwa kalau Dae Gil akan mulai bergerak ke tempat Gol Sa sekitar pukul 3 – 5 sore.


Seol Rim menemui penjagal dan mengucapkan terima karena sudah menyelamatkan dan membantunya selama ini.

“Apa kau akan pergi?” tanya sipenjagal dan Seol Rim menjawab dengan anggukan. “Sudah terlalu malam sekarang. Pergilah besok,” ucap si penjagal dan Seol Rim menurut. Di lihat dari ekspresi si penjagal, sepertinya dia tak rela Seol Rim pergi.


Flashback!
Seol Rim menemui si penjagal dan bersujud. Dia meminta si penjagal untuk membantunya. “Jika kau membantuku, hidupku akan....”

“Hidupmu!” potong si penjanggal dan berbalik. “Jangan cepat menyerah. Ini tidak layak sedikitpun,” tambah si Penjagal.


In Jwa sedang bersama anak buahnya dan kembali membahas tentang Baek Dae Gil. Karena Dae Gil baru saja menemui Yeon Hwa. Hong Mae kemudian memberitahu kalau hari ini hantu selatan ( tuan Nam ) datang ke tempat perjudian. Dia pikir kalau tuan Nam datang pasti karena ingin mencari putri Gol Sa.  Hwang Gu lalu berkata kalau dia harus memastikan kalau semua itu tidak berdampak negatif untuk In Jwa.


“Dia gadis yang cerdas, jadi dia tidak akan gegabah,” jawab In Jwa dan meminta Mo Myung untuk terus mengawasinya.

Hong Mae lalu bertanya apa yang sebenarnya In Jwa tulis sedari tadi. Tanpa menjawab, In Jwa memberikan kertas yang dia tulis tadi pada Hwang Gu untuk dibacakan.

“Aku akan mengunjungi Gol Sa hari ini antara pukul 3 – 5 sore, jadi tunggu aku... Baek Dae Gil,” baca Hwang Gu.


“Begitu aku selesai menuliskan ini, tempelkan ini diseluruh Hanyang,” ucap In Jwa dan perintah itupun langsung dilaksanakan. Pengumuman itu langsung diperbanyak dan ditempel dimana-mana, seperti di Bukcheon, pasar-pasar, jalanan, Jongno dan juga Mapo.


Pengumuman itu kemudian dibaca oleh Choi Yi Seok dan kabar tersebut sampailah ke telinga Il Soo. Il Soo tahu kalau Gol Sa bukanlah penjudi biasa, dia bisa mengendalikan perdagangan laut di Mapo. Selain itu, Gol Sa juga bekerja untuk In Jwa dan pedangan lainnya. Jadi, jika Gol Sa di hancurkan, maka itu akan mejadi pukulan bagi kubu Sorong. Tak bisa menentukan bagaimana solusinya, Il Soo pun ingin In Jwa menemui dirinya.


Selebaran pengumuman itu, sampai ke tangan menteri yang lain. Seorang menteri kemudian memberikannya pada Chang Jib. Chang Jib pun langsung menemui Pangeran Yeoning dan bertanya apa tujuan Dae Gil melakukan semua itu.


“Terlepas dari apa yang dilakukan Baek Dae Gil.... aku sendiri juga akan menangkap Lee In Jwa,” ucap Pangeran Yeoning.

“Lee In Jwa! Bagaimana dengan penghapusan larangan berniaga bagi pedagang kecil? Apa itu juga untuk menangkap Lee In Jwa?” tanya Chang Jib dan diiyakan oleh Pangeran Yeoning.


“Untuk menghentikan Lee In Jwa, kita harus menghentikan korupsi dengan para pedagang besar dan untuk itu, aku butuh buku catatan keuangannya. Buku itu ada di tangan Gol Sa saat ini,” ucap Pangeran Yeoning.

“Kau ingin mendapatkan buku itu, menghapuskan larangan berniaga dan menghilangkan sumber penghasilan Lee In Jwa?” tanya Chang Jib dan tertawa. “Apa kebetulan... meskipun kau menangkap satu orang penjudi, kau pikir tikus seperti Lee In Jwa akan bergeming?”

“Tidak... Gol Sa bukan orang yang kau perlakukan seperti itu. Apakah Mapo bukan daerah yang termakmur di seluruh Joseon?” tanya Pangeran Yeoning.


Kita diperlihatkan pada Gol San yang sedang di tnadu dan mengelilingi pasar. Semua orang terlihat takut padanya dan mereka langsung bersujud ketika Gol Sa lewat. “Gol Sa lah orang yang mengontrol hak berniaga di Mapo. Barang dagangan di Mapo tidak bisa dikirimkan dengan kapal tanpa ada ijin dari Gol Sa. Namun... para pejabat yang seharusnya mengontrol dia, terlalu akrab dengannya. Jadi, kita tidak bisa melakukan apa-apa selain berpangku tangan. Karena itu... aku membutuhkan bantuanmu,” pinta Pangeran Yeoning dan Chang Jin langsung berpikir sejenak saat mendengar permintaan itu.

“Aku akan minta bantuan dari balai wilayah di Hansung,” ucap Chang Jib. Namun sebelum itu, dia mempunyai syarat yang harus Pangeran Yeoning patuhi. Syaratnya adalah Pangeran yeoning harus memberikan buku catatan keuangan itu padanya, karena dia ingin Pangeran tidak terlibat dalam rencana yang dia miliki dan menyerahkan semua urusan pada Chang Jib.


In Jwa menemui Il Soo dan Il Soo langsung bertanya siapa Dae Gil sebenarnya, karena dia terlihat dekat dengan Pangeran Yeoning. In Jwa menjawab kalau Dae Gil adalah murid dari Che Gun.

“Apa kalian semua ingat dengan rencana pembunuhan Raja dua tahun yang lalu? Malam itu, raja memberikan dia sebilah pedang,” ucap In Jwa mengingatkan. Il Soo pun bertanya kenapa Dae Gil berkeliaran dan menyerang seluruh tempat perjudian, selain itu kenapa Dae Gil selalu bersama Pangeran Yeoning. In Jwa tak bisa menceritakan detailnya dengan alasan ceritanya panjang, namun dia meminta agar Il Soo tidak khawatir karena semuanya ada di bawah telapak tangan In Jwa.


Selir Sukbin diminta menghadap Raja dan Raja langsung memperlihatkan selebaran pengumuman yang dibuat atas nama Dae Gil.

“Dia, Baek Dae Gil. Sepertinya mereka berdua sedang  berencana untuk menangkap Lee in Jwa. Kelihatannya sangat berbahaya bagiku. Aku bertanya padamu apakah menurutmu itu tidak apa-apa?” tanya Raja dan Selir Sukbin masih berpura-pura tidak tahu maksud perkataan Raja.

“Mereka berdua bahkan tidak tahu kalau mereka bersaudara. Apa yang akan kau lakukan jika terjadi kesalahpahaman dan mereka saling menghunuskan pedang mereka ke satu sama lain? Lepaskan talinya jika kau tidak bisa melepaskannya,  potong saja. Kisah ini bisa terjadi karena kau adalah ibu dari kedua anak itu,” jelas Raja dan Selir Sukbin terlihat cemas mendengarnya.


Keluar dari ruangan Raja, Selir Sukbin pingsan.


In Jwa bersama Mo Myung dan Jin Ki berjalan dipasar dan mereka melihat Pangeran Yeoning bersama Sang Gil melintasi mereka, namun Pangeran Yeoning tidak menyadari keberadaan In Jwa. Pangeran Yeoning pergi ke Balai Wilayah Hansung, dia pergi kesana untuk meminta bantuan seperti yang Chang Jib katakan. Setelah membaca surat yang Pangeran Yeoning bawa, pasukan yang berada di balai wilayah Hansung pun mau membantu Pangeran Yeoning.


Dae Gil sudah berada di Mapo dan saat dia melewati pasar, semua orang melihat kearahnya dengan pandangan sedikit aneh. Mereka seperti ingin menyerang Dae Gil. Ternyata benar, saat Dae Gil melintasi jalan yang sedikit sepi, semua pedagang yang ada di sana langsung mengeluarkan senjata mereka dan mengepung Dae Gil. Sebelum mereka sempat melukai Dae Gil, bala bantuan datang. Pejabat keamanan dari Balai Wilayah Hansung datang dan menangkap semua pria yang mengepung Dae Gil, namun ada satu dari mereka yang berhasil kabur.


Tak lama kemudian pejabat keamanan di wilayah Mapo datang dan bertanya kenapa pejabat  wilayah Hansung datang ke tempatnya. Tepat disaat itu Pangeran Yeoning muncul dan menepuk pundak Pejabat keamanan di wilayah Mapo. Melihat Pangeran Yeoning, Pejabat itupun langsung ciut.


“Apa kau tidak merasa malu sebagai pejabat yang sudah digaji oleh pemerintah?” tanya Pangeran Yeoning pada pejabat daerah Mapo dan kemudian dia menyuruh pejabat dari wilayah Hansung menangkap mereka. Selain itu Pangeran Yeoning juga memerintahkan agar pejabat dari wilayah Hansung pergi ke bagian pengiriman dan mengambil semua dokumennya.

“Aku sudah menyiapkan sebuah permainan untukmu. Sisanya terserah dirimu,” ucap Pangeran Yeoning dalam hati dan menatap ke arah Dae Gil. Seolah mendengar apa yang pangeran Yeoning katakan, Dae Gil pun langsung pergi menuju tempat perjudian Gol Sa.


Gol Sa sendiri  sedang melihat selebaran pengumuman atas nama Dae Gil. Pria yang berhasil kabur tadi membisikkan sesuatu pada Gol Sa dan tak lama kemudian Dae Gil muncul.


“Kau sangat tepat waktu!” ucap Gol Sa menyambut kedatangan Dae Gil yang sesuai dengan jam yang di tulis pada kertas pengumuman.

“Aku merasa seperti seorang Raja yang  sudah disambut seperti ini,” jawab Dae Gil karena saat dia datang, anak buah Gol Sa langsung menghampirinya. Gol Sa pun menyuruh anak buahnya menyingkir dan mempersilakan Dae Gil duduk.


Mereka sudah duduk berhadapan dan siap bermain. Gol Sa mengeluarkan kartu domino dan mengajak Dae Gil bermain permaian itu, namun Dae Gil menolak. Dia bahkan menghancurkan kartu domino tersebut  dengan pedangnya.


Aku tidak mengajakmu karena ini permainan pertama. Sisi yang ini dibuat dari besi dan yang ini dibuat dari gading. Harganya 2x lipat dan juga terlihat beda,” jelas Dae Gil saat mengetahui kalau kartu domino itu sudah di curangi.


“Tempat perjudian ini sangat menarik. Ada tiga tiang kayu 'putri' dan tiga tiang pohon oak,” ucap Dae Gil saat memeriksa permainan yang lainnya. “Dan.. Salah satu yang terkelupas itu adalah yut,” ucap Dae Gil dan melempar kayu-kayu tersebut ke lantai.



Dae Gil kemudian pergi ke meja yang melakukan permainan kartu dan Dae Gil melempar semua kartu ke udara. Setelah itu Dae Gil mengambil satu kartu yang ternyata di dalamnya sudah dipasang kawat.  Dae Gil berjalan lagi ke meja satunya dan tanpa basa basi langsung membelah meja tersebut. Ternyata di bawah meja itu sudah terdapat banyak kartu yang bisa digunakan untuk bermain curang.


“Apa ini? seluruh tempat ini sudah curang. Ahh, apa aku harus mengatakannya lebih banyak?” tanya Dae Gil pada Gol Sa dan Gol Sa menyuruhnya untuk berhenti karena dia merasa sudah cukup melihat kemampuan Dae Gil.


Dae Gil pun kembali duduk dan mengajak Gol Sa bermain. Gol Sa kemudian mengeluarkan kartu berwarna hitam dan meminta agar Dae Gil mengeceknya terlebih dahulu untuk memastikan apakah kartu itu sudah dicurangi atau tidak. Setelah mengecek bentuk, berat dan baunya, Dae Gil pun yakin kalau kartu itu bisa digunakan.

Saat Dae Gil mengocok kartunya, Gol Sa bertanya kenapa Dae Gil memasang poster pengumuman seperti itu. Berkat Dae Gil, Gol Sa pun jadi terkenal.

“Bukankah kau melakukan itu untuk menangkapku?” tanya Dae Gil.

“Kenapa begitu? Apa kau bermain dengan jujur sekarang?” ucap Gol Sa dan akhirnya Dae Gil menyadari kalau bukan mereka berdua yang menempel pengumuman tersebut, tapi ada orang lain yang ingin mengambil keuntungan dari pertempuran dirinya dan Gol Sa. Walaupun begitu Dae Gil ingin mengacuhkan hal tersebut dan mengajak Gol Sa untuk fokus pada permainan mereka saja. Dae Gil mengajak Gol Sa untuk bermain sportif, tidak ada kecurangan.

“Sepasang angka 10 yang akan menang. Dan tidak ada tipuan atau kartu  yang disembunyikan tentu saja. Ada satu peraturan unik yang  kami miliki di tempat perjudian di Mapo. Mencuri kartu,” ucap Gol Sa.

“Mencuri kartu?”

“Sebelum si pemain memberitahukan kartunya, Mereka bisa menukar satu kartu dengan lawannya,” jelas Gol Sa.

“Kita bisa saling menukar satu kartu?” tanya Dae Gil.


“Yang terbaik dalam tiga putaran...yang akan menang!...Bagikan kartunya,” ucap Gol Sa dan Dae Gil pun membagikan kartunya. Setelah melihat kartu yang dia miliki, Dae Gil meminta untuk menukar kartu. Awalnya, Gol Sa ingin mengambil salah satu kartu milik Dae Gil, namun tak jadi karena dia merasa kartu milik Dae Gil jelek.

“Kalau begitu, kita tunjukkan kartu kita,” ajak Dae Gil dan langsung membuka kartu miliknya. Gol Sa pun membuka kartunya dan dia mengaku kalah.


“Kau akan mengalah dalam putaran ini. Apa seperti itu?” ucap Dae Gil dalam hati. Dia bisa menebak dengan mudah kalau Gol Sa saat ini sedang sengaja mengalah.

“Jika hanya tiga kali putaran, tinggal satu putaran lagi yang aku butuhkan,” ucap Dae Gil.

“Jangan sok kuat. Kau tidak tahu akhir kehidupanmu sampai  bel nya berbunyi. Kau tidak tahu apa akhir dari permainan ini sampai kau meninggalkan mejanya,” jelas Gol Sa.

“Seperti itulah sikap Iblis ke-6 sebelum nyawanya berakhir di neraka,” gumam Dae Gil dan giliran Gol Sa sekarang yang mengocok kartunya.

“Apa kau ingin menunjukkan ketrampilanmu kepadaku sekarang?” ucap Dae Gil dalam hati saat melihat Gol Sa mengocok kartu. Setelah melihat kartu yang dia dapat, Dae Gil kembali mengajak tukaran dan kali ini Gol Sa mau melakukannya. Dia mengambil kartu yang dia pikir berangka 10.


Gol Sa kemudian menyuruh Dae Gil mengambi l salah satu kartu miliknya, namun Dae Gil menolak dan berkata kalau dia baik-baik saja dengan kartu yang sekarang. Dae Gil mengajak membukan kartu dan Gol Sa yang menunjukkan kartu terlebih dahulu. Kartu milik Gol Sa adalah 2 kembar, sedangkan kartu dae Gil berjumlah nol. Untuk putaran kali ini, Gol Sa menang setelah mengambil kartu milik Dae Gil.

Saat Dae Gil memperlihatkan kartunya, Gol Sa tak terlihat penasaran sama sekali, seolah-olah dia sudah tahu kartu yang Dae Gil miliki. Menyadari kalau Gol Sa bisa menebak angka pada kartu dengan tepat, Dae Gil pun jadi penasaran dengan cara yang Gol Sa gunakan.

Permainan dilanjutkan dan sekarang adalah putaran terakhir bagi mereka. Kali ini, Dae Gil yang mengocok kartu. Saat mengocok kartu, Dae Gil bertanya apa Gol Sa pernah kalah dalam permainan kartu selama ini dan Gol Sa menjawab pernah. Dia pernah kalah dari si penjagal.


Setelah mengetahui kalau Gol Sa pernah kalah dari si penjagal, Dae Gil pun langsung memaksimalkan penggunaan indera pendengarannya, karena yang dia tahu.... si penjagal  mempunyai pendengaran yang  tajam.


“Kalau begitu hari ini yang kedua, bagimu,” ucap Dae Gil dengan sangat yakin.  Apakah Dae Gil berhasil mengalahkan Gol Sa? Jangan kemana-mana tunggu kelanjutan ceritanya di episode berikutnya.

Episode 13-2
Dae Gil dengan yakin berkata kalau dia akan bisa mengalahkan Gal So dan saat Dae Gil hendak membagikan kartunya, In Jwa muncul. Dia beralasan datang untuk memberikan kekuatan pada Gal So dengan memberinya hadiah. Apa hadiah yang In Jwa bawa? Ternyata dia membawa Yeon Hwa untuk Gal So. Namun In Jwa tidak memberikan temu kangen yang indah buat Gal So, karena saat ayah dan anak ini bertemu, Mo Myung langsung mengarahkan pedang ke leher Yeon Hwa.

“Apa tujuanmu sekarang?” tanya Gal So marah.




“Aku harus melakukan ini sehingga kemampuanmu yang sesungguhnya akan keluar,” jawab In Jwa dan Dae Gil kemudian bertanya apa alasan In Jwa menempel pengumuman atas nama Dae Gil di seluruh kota.

“Aku yakin kau banyak menerima salam berkat diriku,” jawab In Jwa santai lalu menyuruh mereka memulai permainan.  Yeon Hwa kemudian menawarkan diri untuk membagikan kartunya dengan alasan dia takut Dae Gil akan menggunakan tipuan.


“Apa tujuanmu?” tanya Mo Myung.

“Masuk akal jika dia ingin ayahnya yang menang,” ucap In Jwa dan mempersilahkan Yeon Hwa untuk membagikan kartu. Sebelum memulai permainan, Yeon Hwa dan Gal So saling pandang dengan tatapan sedih. Dalam hati Yeon Hwa memanggil ayahnya.


Yeon Hwa mengocok kartu dan dia kemudian teringat pada saat dia dan sang ayah main kartu berdua. Saat itu, sang ayah terus menebak angka kartu tanpa salah sekali pun. Tentu saja hal itu membuat Yeon Hwa bingung dan bertanya tentang cara yang Gal So gunakan.

Gal So mengocok kartu dan mengeluarkan tiga kartu. “Bunyinya... setiap kartu memiliki suara yang berbeda,” jelas Gal So ketika itu.


Yeon Hwa masih mengocok kartu dan In Jwa bisa langsung menebak metode apa yang Gal So lakukan untuk memenangkan permainan.

“Bunyi? Apakah permainan ini sudah dicurangi?” tanya In Jwa dalam hati.


Yeon Hwa membagi kartu sambil menyebut angka kartu-nya dalam hati. Untuk sang ayah, Yeon Hwa memberikan angka 3 – 3 dan 2 – 7 untuk Dae Gil. Jika Dae Gil tidak menukar kartu, maka Gal So yang menang.

“Aku tidak ingin menukar kartu,” ucap Gal So dengan yakin.


“Baiklah,” jawab Dae Gil dan mengelurkan kartunya untuk ditukar. Dae Gil mengeluarkan angka 7, tapi karena Gal So enggan menggambilnya, jadi Dae Gil menarik kembali kartunya dan tak jadi di tukar. Melihat Dae Gil tak jadi menukar kartu, Yeon Hwa terlihat lega dan berkata dalam hati kalau Gal So yang akan menang.

“Jangan menyesal. Kenapa tidak menukarnya?” tanya Gal So.

“Ini permainan nasib jadi kita lakukan saja,” jawab Dae Gil santai.

“Baiklah... Tunjukkan kartumu,” ucap Gal So dan Dae Gil membuka kartunya. Kartu Dae Gil adalah 7 dan 2, sama persis dengan tebakan Yeon Hwa. Sekarang giliran Gal So, namun sebelum Gal So membuka kartunya, Dae Gil langsung membuat perjanjian dengan Gal So.

“Tunggu. Aku ingin memastikan kalau kau mempertaruhkan tempat perjudian ini dalam putaran ini,” pinta Dae Gil.


“Jika aku kalah. Aku akan berikan tempat perjudian ini padamu. Jika kau kalah. Aku akan mengambil semua tempat perjudian yang sudah kau ambil dari sarjana Baek Myun. Ada apa? Apa kau merasa lega karena kau tidak mempertaruhkan nyawamu?” tanya Gal So yang begitu PD kalau dia akan memenangkan permainan.

“Bukan nyawaku tapi katakan saja si pecundang akan mewujudkan keinginan si pemenang. Bagaimana?” tanya Dae Gil dan Gal So mengiyakan. Gal So kemudian membuka kartunya. Kartu pertama adalah angka 3 dan kartu yang kedua adalah angka 2.


Dae Gil tersenyum senang dan Gal So melotot kaget. Dia merasa tak percaya sudah salah tebak angka.


“Kenapa tidak? Tipuan bunyinya? Itu tipuan kuno dan kau masih menggunakannya?” ucap Dae Gil dan ternyata sebelum kartu tersebut diberikan pada Yeon Hwa, Dae Gil sempat menggores kartunya dengan kuku. Masih dalam kondisi kaget, Gal So bertanya bagaimana bisa Dae Gil melakukan semua itu dengan waktu yang singkat.

“Kau harus berada di peringkat ini untuk disebut pemain kartu terhebat,” jawab Dae Gil dan melihat ke arah In Jwa.


“Gol Sa... Kau akan bertanggung jawab dengan ini,” ucap In Jwa dan Mo Myung langsung mengayunkan pedangnya ke arah Yeon Hwa. Dae Gil yang tak ingin terjadi pertumpahan darah, langsung menggunakan pedangnya untuk menghalau pedang Mo Myung.


Melihat Mo Myung di serang oleh Dae Gil, Jin Ki pun ikut mengeluarkan pedangnya. Dae Gil menyadari hal tersebut, ketika dia berbalik untuk menghadapi Jin Ki, Mo Myung menyerang Dae Gil, untung saja Pangeran Yeoning datang dan menyelamatkan Dae Gil.


Dae Gil menyerang In Jwa, namun In Jwa bisa mengatasinya. Dia melawan Dae Gil tanpa pedang. Ketika Dae Gil menghunuskan pedangnya, Mo Myung datang menghalau pedang Dae Gil sedangkan Jin Ki mengarahkan pedangnya ke leher Dae Gil dan  Pangeran Yeoning melindungi Dae Gil dengan mengarahkan pedangnya pada Jin Ki.

“Kau masih memiliki kebiasan buruk dengan mengkhianati seseorang,” ucap Dae Gil.

“Pedangmu sudah semakin buas,” balas In Jwa dan kemudian menyuruh Jin Ki dan Mo Myung untuk menurunkan pedang mereka. Dae Gil dan Pangeran Yeoning juga  menurunkan pedang mereka.


“Ini masih belum selesai,” ucap In Jwa dan menunjukkan selembar kertas. “Ini uang kertas seniai 1,000 nyang. Baek Dae Gil. Aku akan menawarkan 1,000 nyang untuk nyawanya,” tambah In Jwa dan membuat orang-orang yang ada di ruangan itu jadi ribut.

“Apa yang kau lakukan, Lee In Jwa?” tanya Pangeran Yeoning dengan nada ditekan.

“2,000 nyang! Ini jumlah uang yang tidak akan pernah  kalian miliki seumur hidup kalian,” ucap In Jwa dan semua orang mulai mengeluarkan senjata mereka, namun mereka masih terlihat ragu untuk maju. Apa ini masih belum cukup untuk kalian? Kalau begitu... Aku akan tambahkan 3,000 nyang lagi. Itu jadi 5,000 nyang! Itu uang yang cukup banyak untuk  kehidupan lima generasi kalian,” tambah In Jwa dan semua orang mulai berani melangkah maju.


Sebelum mereka semua menyentuh Dae Gil, tiba-tiba Joong Ki muncul dan berteriak, “BERHENTI!” Joong Ki dan orang-orangnya langsung berdiri di depan Dae Gil sambil membawa persenjataan mereka. Joong Ki dan kawan-kawan datang untuk melindungi Dae Gil.

“Dengarkan..... Baek Dae Gil sudah menyelamatkan kami. Dia orang yang menyelamatkan kami  dari Iblis ke-6 Yang kami butuhkan bukan 5.000 nyang ini Apakah orang-orang seperti ini  mau memikirkan hidup kami?” ucap Joong Ki dan berusaha mengubah pemikiran orang-orang yang ingin membunuh De Gil hanya untuk 5.000 nyang. Semua orang terdiam, mereka hanya berdiri di tempat mereka masing-masing.


“Cukup! Turunkan senjata kalian!” teriak Gal So dan kemudian menghampiri In Jwa.  “Kau pikir ini jalanan? Berani sekali kau mengacaukan permainanku  dan bermain-main dengan uang?”

“Kalau begitu, kau katakan kalau kau ingin mengakhiri permainannya seperti ini?” tanya In Jwa.

“Pemenang ya pemenang. Seorang laki-laki harus menerima kekalahannya.”

“Berani sekali kau mengguruiku?” ucap In Jwa tak terima. Namun Gal So tetap pada pendiriannya, diapun menyuruh Yeon Hwa untuk mengeluarkan buku catatan keuangannya. Walaupun tak setuju dengan ide sang ayah, Yeon Hwa tetap mengambil buku catatan keuangannya.

Dae Gil kemudian memunguti semua kertas yang bertuliskan sayembara uang 1.000 nyang lalu merobeknya. "Melihat situasinya, tidak ada tempat  bagimu disini. Aku yakin kau tidak menduga kalau aku bisa mengalahkan Gol Sa,” ucap Dae Gil.

“Aku terkejut. Sejujurnya, aku datang kesini bukan karena permainanmu dengan Gol Sa. Aku datang karena alasan lain. Ini menarik,” jawab In Jwa dan dalam hati dia berkata, “Benar sekali. Apapun yang kau lihat, dengar dan alami, pahamilah untuk dirimu sendiri.”


In Jwa kemudian memberitahu  Dae Gil kalau sebentar lagi dia akan mengalami jalan yang sulit. Jadi Dae Gil harus mengingat satu hal bahwa tidak ada musuh ataupun teman yang abadi didunia ini. Jika dia banyak memiliki teman, dia juga akan banyak memiliki musuh. In Jwa juga berkata pada Gol Sa untuk membayar mahal atas apa yang sudah terjadi, akibat tak bisa melindungi tempat perjudiannya sendiri. Setelah mengatakan semua itu, In Jwa pun pergi bersama anak buahnya.


Gol Sa kemudian memberikan buku catatan keuangan pada Pangeran Yeoning, namun sebelum buku itu di sentuh oleh Pangeran, Gol Sa berkata kalau sampai isi buku itu terungkap maka kubu Soron dan Noron akan bertempur. Jadi Gol Sa bertanya, apa Pangeran Yeoning bisa mengatasinya?

“Kau pikir aku berdiri disini sekarang  tanpa mempersiapkan hal itu?” jawab Pangeran Yeoning dan Gol Sa pun membiarkan Pangeran mengambil buku tersebut.

“Persiapkan segalanya. Semua hak perdagangan di Mapo dan  tempat perjudian. Besok pagi akan aku ambil alih,” ucap Dae Gil dan Gol Sa pun mengiyakan.  “Selain itu..kau bilang kau akan mewujudkan keinginanku,” ucap Dae Gil lagi dan kemudian memanggil Tuan Nam masuk.


Melihat Tuan Nam, Gol Sa pun ingat kalau dia sudah mencongkel mata Tuan Nam karena Tuan Nam sudah berbuat curang saat itu.


Gol Sa maju dan tiba-tiba bersujud di depan Tuan Nam. “Tuan... Itu sebuah kesalahan dari masa muda, hari-hari sebelum dewasa. Maafkan aku,” ucap Gol Sa meminta maaf.


“Mereka bilang jika tubuh seseorang  seharga 1,000 nyang, maka matanya saja seharga 900 nyang. Aku sudah hidup dengan mata satu seharga 450 nyang! Rasanya ingin mencabik-cabik tubuhmu!” ucap Tuan Nam dengan marah. “Tapi apa yang bisa aku lakukan? “ keluh Tuan Nam dan kemudian meminta Gol Sa untuk berdiri.


Keluar dari rumah perjudian, Dae Gil langsung disambut  oleh Joong Ki dan kawan-kawan. “Aku Baek Joong Ki, pedangan kecil dari Hanyang. Aku seorang pedagang di Mapo, Moon Young In,” ucap Joong Ki memperkenalkan diri.

“Aku, Yi Woon Chang dari pasar Sanha.”

“Aku, Shin Yong Gol, kepala pedagang dari Anyang.”

“Aku, Bong Ki Chil.”

“Aku, Seo Yang Hoon dari Busan.”

“Aku, Yoon Kang dari Gongju.”


Ucap sebagian dari mereka, memperkenalkan diri pada Dae Gil. “Kau sudah menjadi seorang ksatria,” komentar Pangeran Yeoning pada Dae Gil.

“Bukankah kau harus mengucapkan terimakasih?” tanya Dae Gil mengingatkan Pangeran Yeoning, karena berkat dirinya, Pangeran Yeoning bisa mendapatkan buku keuangan itu.

“Terimakasih,” ucap Pangeran Yeoning dengan tersenyum dan kemudian pamit pergi. Setelah Pangeran Yeoning pergi, semua orang bersorak sorai untuk Baek Dae Gil. Mereka bahkan mengikuti Dae Gil pergi sambil terus mengelu-elukan nama Dae Gil.


Dari dalam rumah Yeon Hwa menatap benci pada Dae Gil dan kemudian dia bertanya kenapa sang ayah membiarkan tempat perjudiannya di ambil alih oleh Dae Gil, padahal Gol Sa sudah bekerja keras membangun semuanya.

“Itu bukan kau yang membangunnya! Jangan sampai terikat dan menyesalinya. Kau hanya harus menikah. Menikahlah dengan laki-laki yang baik,” ucap Gol Sa mengalihkan pembicaraan dan kemudian bertanya pendapat Yeon Hwa tentang Dae Gil.

“Ayah!” ucap Yeon Hwa kesal.

“Dia sudah menyelamatkan nyawamu. Melihat ekspresi wajahmu,  sepertinya kau tidak menolak ide itu,”  goda Gol Sa pada putrinya dan kemudian tertawa senang.

“Ayah!”


In Jwa kembali melakukan pertemuan dengan para mentri.  Il Soo terlihat mulai gusar karena Dae Gil sudah berhasil mengambil alih Seosomun milik Iblis ke-6 dan juga Mapo milik Gol Sa dan terlebih lagi sekarang Yeoning memiliki buku catatan keuangan.

“Bagaimana hal seperti ini bisa terjadi? Bukankah Kau katakan kalau kami ntuk menunggu dan melihat saja?” tanya Il Soo dengan nada sedikit kesal. Menteri lain bertanya-tanya tentang apa yang akan terjadi besok jika isi buku itu sampai terungkap dan jatuh ke tangan Raja. Dia pun berpendapat kalau mereka harus segera memikirkan sebuah rencana untuk mengatasi semuanya. In Jwa dengan santai meminum minumannya dan kemudian mengangguk pada Il Soo.


Seperti yang sudah Pangeran Yeoning janjikan, dia memberikan buku catatan keuangan itu pada Chang Jib. Pangeran Yeoning merasa bisa mempercayai Chang Jib karena dalam buku itu tidak ada nama Chang Jib.

“Kalau begitu, mundurlah sekarang seperti yang kau janjikan. Aku akan mengatasi sisanya,” janji Chang Jib dan Pangeran Yeoning pun pergi.


Kita beralih pada  Dae Gil yang sedang merayakan keberhasilannya bersama Tuan Nam dan juga Seol Rim. Tuan Nam begitu bangga bisa ikut andil dalam membersarkan anak seperti Dae Gil.

“Aku  akan membayar semuanya jadi  minum dan makanlah sepuas hatimu,” ucap Tuan Nam senang.

“Pada akhirnya, bukankah uangmu adalah uangku?” protes Dae Gil.

“Jika bicara soal uang, orang yang memegangnya yang menjadi pemiliknya,” jawab Tuan Nam tak mau kalah dan merekapun tertawa. Tuan Nam kemudian pergi sejenak untuk mengambil arak lagi.

“Kau sangat hebat, Dae Gil,” puji Seol Rim, namun wajah Seol Rim tidak terlihat senang. Di wajah Seol Rim terlihat ada kesedihan yang dia pendam dan sepertinya hal itu ada hubungannya dengan yang di ucapkan oleh Hwang Gu.


Pangeran Yeoning muncul dan memberitahu kalau besok pagi, dunia akan berubah berkat Dae Gil.


Sekarang Dae Gil hanya berdua dengan Pangeran Yeoning. Mereka sudah minum banyak, namun Dae Gil tak sedikitpun terlihat mabuk dan itu membuat Pangeran Yeoning bertanya kenapa.

“Apa kau sangat penasaran soal itu juga? Pangeran,” ucap Dae Gil.

“Pangeran?” ucap Pangeran Yeoning dan tertawa legbar. “Para pejabat istana sudah terus  memanggilku dan membuatku lelah. Tapi kenapa enak didengar  kata 'Pangeran' sekarang ini?” ucap Pangeran  senang karena ini pertama kalinya Dae Gil memanggilnya dengan sebutan “Pangeran”. Saking senangnya, Pangeran Yeoning pun menuangkan minum untuk Dae Gil.  Tepat disaat itu Sang Gil datang dan memanggil Pangeran dengan ekspresi serius.


Sekarang, Pangeran Yeoning sudah menghadap Raja dan Raja langsung bertanya alasan Pangeran Yeoning terus berada didekat Dae Gil. Pangeran hanya terdiam tak menjawab.

“Dengan status dan jabatanmu itu,  apa kau berusaha untuk mencari seorang teman? Apakah seperti itu?” tanya Raja sambil makan buah.


“Status dan jabatanku... Aku sudah mengesampingkannya. Aku sudah mengesampingkan kekuasaanku. Aku sudah mengesampingkan keinginanku sendiri. Saat itulah mataku terbuka lebar. Saat itulah aku menyadari kalau aku tidak memiliki teman sebelumnya. Dan aku sudah melupakan penderitaan rakyat  yang dalam kesusahan. Tapi akhirnya aku mulai melihat,” aku Pangeran Yeoning.


“Kau melihat sebuah keakraban pada rakyat. Itu bagus sekali. Bisakah kau....mengorbankan dirimu demi temanmu? Demi rakyat... bisakah kau mengorbankan tahta kerajaan ini? Ketahuilah..... Jika kau tidak bisa melakukannya, maka dia bukan temanmu. Dia bukan salah satu rakyatmu juga. Untuk itu... Bersikaplah yang sesuai dengan status dan jabatanmu,” nasehat sang Raja untuk Pangeran Yeoning dan itu membuat Pangeran Yeoning bingung.


Kita beralih pada Dae Gil dan Seol  Rim yang sedang melihat bintang bersama. Seol Rim kemudian bertanya apa impian Dae Gil selama ini dan Dae Gil menjawab entahlah, karena dia tidak tahu apa impiannya sendiri. Dia kemudian teringat dimana namanya terus dielu-elukan oleh orang dan akhirnya dia berkata kalau dia ingin menjadi seseorang yang diimpikan.

“Ahh, kalau begitu... Apa kau bisa menjadi impianku juga?” tanya Seol Rim dan mendengar pertanyaan itu, Dae Gil langsung melihat ke arah Seol Rim dengan tatapan sedikit bingung.

“Seol Rim, apa kau tidak punya impian?” tanya Dae Gil dan Seol Rim menjawab kalau dia tak ingin punya impian yang tak bisa dia jangkau.


“Aku ingin kenyataan yang selalu ada disini,” ucap Seol Rim dan menatap mata Dae Gil. Dae Gil merasa tak nyaman dan langsung memalingkan wajahnya. Hal itu membuat Seol Rim tak nyaman juga dan diapun berkata akan pergi tidur. Namun sebelum pergi, Seol Rim mengucapkan terima kasih pad Dae Gil untuk semuanya.


Baru beberapa menit Seol Rim pergi, Dae Gil langsung beranjak dari duduknya karena dia bisa merasakan ada yang datang. “Siapa itu?”

“Kau lebih kuat dari yang aku pikirkan,” jawab seseorang dan ternyata yang datang adalah si penjagal. Dia datang untuk meminta Dae Gil menunjukkan kemampuannya. Si penjagal kemudian bersembunyi dan melempar senjatanya pada Dae Gil sampai dua kali. Dengan gesit Dae Gil berhasil mengelak dari semua serangan Penjagal yang tersembunyi.

“Kau tidak buruk,” ucap si Penjagal yang sekarang sudah duduk sambil minum arak milik Dae Gil.

“Kenapa? Apa kau terlalu takut untuk datang sendirian?” tanya Dae Gil dan melihat anak buah si penjagal yang sedang bersembunyi.

“Seol Rim... Apa yang akan kau lakukan dengannya?”

“Dia bilang dia akan pergi dari kekuasaanmu.”


“Kau bilang, pergi?” tanya si penjagal dan kembali minum arak. “Aku ada permintaan. Jangan mati ditempat yang kumuh,” ucap si penjagal dan pergi.


Dalam perjalanan pulang, si penjagal memanggil kedua anak buahnya yang tadi bersembunyi tapi ketahuan oleh Dae Gil. Dia berkomentar kalau apa yang mereka berdua lakukan tadi sangat memalukan dan pria yang ketahuan tadi pun hanya bisa meminta maaf. Dengan gaya seramnya, si penjagal hendak mencolok mata pria tersebut, namun diurungkannya, dia hanya menyentil kening pria itu dan menyuruhnya untuk lebih berhati-hati lagi lain kali.


Gol Sa sedang duduk sendirian di ruangannya, tepat disaat itu terlihat bayangan di balik pintu dan Gol Sa pun menyuruh orang itu masuk. Gol Sa terlihat kaget melihat orang yang datang menemuinya itu. Namun kita tidak diperlihatkan pada orang itu, karena kita langsung dialihkan pada Dae Gil dan Seol Rim.


Dae Gil ingin pergi ke suatu tempat dan Seol Rim memintanya untuk menjaga diri baik-baik. Melihat kepergian Dae Gil, Seol Rim pun kembali teringat pada perkataan Hwang Gu, dimana Seol Rim hanya punya dua pilihan dan salah satunya adalah Seol Rim harus hidup sendirian.


“Aku diberitahu kalau aku dilahirkan dengan nasib yang buruk. Aku akan pergi jauh. Ke suatu tempat yang tidak kau ketahui  dan dimana aku hidup sendirian,” ucap Seol Rim dalam hati dan tiba-tiba muncul seseorang yang langsung membekapnya.


Tuan Nam keluar dan mencari Dae Gil. Tak menemukan Dae Gil, Tuan Nam hanya menemukan selembar kertas yang bertuliskan kalau Seol Rim sudah di culik. Selain surat itu, Tuan Nam juga menemukan salah satu sepatu milik Seol Rim.


Pagi tiba dan Dae Gil mendatangi tempat perjudian barunya. Disana dia disambut oleh Yeon Hwa dan para penjaga tempat perjudian.

“Meskipun kau tuannya disini, jangan berpikir untuk bisa menggantikan ayahku. Aku tidak bisa menerima sikapmu.. tidak akan pernah,” ucap Yeon Hwa dengan ekspresi marah.


“Aku tidak akan menggantikan tempatnya tapi.. Aku akan berbuat baik sesuai dengan  apa yang diminta olehnya,” jawab Dae Gil.

“Diminta?” tanya Yeon Hwa tak mengerti. Namun Dae Gil enggan memberitahu apa permintaan Gol Sa, dia lebih memilih masuk ke ruangan Gol Sa untuk menemuinya.


Di dalam ruangan Gol Sa, Dae Gil melihat seseorang berpakaian serba hitam dan memakai penutup wajah hendak menancapkan pedangnya pada Gol Sa, yang saat itu sudah terkapar di lantai. Orang yang berpakaian hitam itu adalah Dam Seo.



“Berhenti! Apa yang sedang kau lakukan?” ucap Dae Gil, namun Dam Seo tetap ingin menancapkan pedangnya. Dengan cepat Dae Gil menghalau pedang Dam Seo dan langsung menghunuskan pedangnya ke leher Dam Seo. Dae Gil terlihat shock saat menyadari kalau orang itu adalah Dam Seo.

Dari kutudrama.com (ini hanya copas dari kutudrama karena web postingan muncul peringatan berbahaya)

0 Comments: