Di rumah barunya, Ji Hoon bersama Manager Park dan Eun Sung sudah mempersiapkan acara lamaran untuk Hye Soo. Sembari menunggu kedatangan Hy...

Marriage Contract Episode 16 -1

 Di rumah barunya, Ji Hoon bersama Manager Park dan Eun Sung sudah mempersiapkan acara lamaran untuk Hye Soo. Sembari menunggu kedatangan Hye Soo, Eun Sung terus bernyanyi diiringi petikan gitar dari Manager Park. Selesai bernyanyi, Eun Sung melempar balon yang dia pegang dan balon itu mengenai lilin yang Ji Hoon nyalakan, sehingga membuat balon itu meledak dan membuat semuanya kaget.


Mereka kemudian menyadari kalau Hye Soo tak datang-datang dan itu sudah terlalu lama dari saat Hye Soo mengatakan kalau dia sudah dalam perjalanan. Ji Hoon kemudian keluar untuk mencari tau apa yang terjadi dan meminta Manager Park menemani Eun Sung di dalam rumah.


Di luar rumah, Ji Hoon berusaha menelpon Hye Soo, namun nomornya tidak aktif. Baru saja Ji Hoon mematikan panggilan teleponnya, panggilan dari Joo Yeon masuk. Joo Yeon memberitahu kalau Hye Soo pingsan dan sekarang sudah berada di rumah sakit.

Tak menunggu waktu lama Ji Hoon sudah berada di rumah sakit dan perawat memberitahu padanya untuk menunggu. Joo Yeon menghampiri Ji Hoon dan dia tak bisa berkata apa-apa. Joo Yeon hanya menahan tangisnya.


Dokter keluar dan mencari wali dari Hye Soo. Pada Ji Hoon, dokter memberitahu kalau gara-gara tumornya, tekanan intracranial menjadi sangat tinggi. Jadi Hye Soo harus segera dioperasi untuk mengalirkan cairan di tulang belakangnya dan untuk itu, dokter memerlukan persetujuan walinya terlebih dahulu sebelum di lakukan operasi/



“Jujur kondisi pasien sangat mengkhawatirkan. Ada kemungkinan dia akan meninggal selama operasi,” jelas dokter dan Joo Yeon shock mendengarnya. Walaupun begitu Ji Hoon harus cepat mengambil keputusan. Tak punya pilihan lain, Ji Hoon pun menandatangi formulir wali dan mengizinkan Hye Soo dioperasi. Setelah formulir ditandatangani, Hye Soo langsung dibawa ke ruang operasi.


Joo Yeon bersama Manager Park membawa Eun Sung ke rumah sakit. Karena sesuatu bisa saja terjadi pada Hye Soo, jadi Joo Yeon pikir Hye Soo harus melihat wajah Eun Sung untuk terakhir kalinya.


Manager Park kemudian duduk di samping Ji Hoon dan bertanya apa operasinya masih lama. Mendengar pertanyaan Manager Park, Eun Sung pun ikut bertanya.


“Apakah Omma sakit?”

“Tidak. Bukan seperti itu. Dia baik-baik saja,” jawab Ji Hoon dan kemudian memeluk Eun Sung.




Malam tiba dan operasi Hye Soo belum selesai juga. Manager Park dan Eun Sung sudah tertidur, hanya Ji Hoon dan Joo Yeon yang masih terjaga. Tepat disaat itu, lampu tanda operasi sudah di matikan. Joo Yeon dan Ji Hoon spontan langsung saling pandang  dengan ekspresi cemas.


“Joo Yeon, aku rasa kau harus membawa Eun Sung pulang,” usul Ji Hoon.

“Kau yakin?”

“Aku yakin tidak akan terjadi. Jangan khawatir dan pergilah.”


“Tentu saja. Hye Soo, dia pasti sembuh,” ucap Joo Yeon menguatkan dirinya dan tepat disaat itu dokter keluar. Joo Yeon pun langsung menanyakan hasil operasinya dan  Manager Park jadi terbangun gara-gara mendengar pertanyaan Joo Yeon.

“Apakah Hye Soo baik-baik saja?” tanya Manager Park yang langsung beranjak dari tempat duduknya.


“Ya, dia melewati masa kritisnya. Operasinya berjalan dengan baik. Tapi karena kami tidak mengangkat tumornya, kami tidak tahu kejadian hari ini bisa saja terjadi lagi. Itu saja, kita akan berbicara lagi setelah pasien siuman,” jawab dokter dan hendak pergi, namun Ji Hoon memanggilnya.

“Dokter…,” Ji Hoon membungkukkan badannya dan mengucapkan terima kasih. Semuanya pun merasa lega dan tepat di saat itu Eun Sung terbangun, namun dia tak menanyakan tentang Hye Soo.


Ji Hoon sendiri masuk ke kamar rawat Hye Soo, dimana Hye Soo masih belum sadarkan diri. Melihat kondisi Hye Soo seperti itu, Ji Hoon tak bisa lagi menahan air matanya dan  air matanya mengenai tangan Hye Soo. Ji Hoon kemudian menggenggam erat tangan Hye Soo.

“Hye Soo… terima kasih. Terima kasih Hye Soo-a,” ucap Ji Hoon dan dari luar Joo Yeon melihat mereka. Joo Yeon menggendong Eun Sung yang sudah tertidur lagi dan dia tersenyum lega karena Hye Soo baik-baik saja.


Ji Hoon berkemas karena dia akan tinggal di rumah barunya. Dia bahkan tak lupa membawa anak kucing kesayangan Eun Sung. Manager Park menangis saat bertanya tentang Hye Soo.

“Kenapa kau menangis?” tanya Ji Hoon tak mengerti.

“Yang kuat, Nak.”

“Apa yang kau? Kenapa kau menangis?”

“Aku tidak tahu. Air mataku keluar begitu saja,” jawab Manager Park sambil terus mengelus-elus anak kucing yang sedari tadi dia gendong. Ji Hoon lalu bertanya apa Manager Park menangis gara-gara Ji Hoon pergi. Manager Park mengiyakan dan bertanya kapan Ji Hoon mulai bekerja lagi. Ji Hoon menjawab kalau dia akan bekerja mulai sekarang juga, dia akan bekerja paruh waktu sebagai analisis investasi.

“Kau punya keahlian. Memang, kau orang yang pintar,” komentar Manager Park, namun Ji Hoon tak yakin hal itu bisa menjamin hidupnya. Manager Park lalu bertanya tentang anak kucingnya dan Ji Hoon menjawab kalau dia akan membawa ketiga kucing itu ke rumah barunya.


Ketika Ji Hoon akan pergi, Na Yoon datang menemuinya. Na Yoon datang untuk mengucapkan selamat tinggal. Dia akan berangkat ke Tokyo minggu depan dan akan mengajar di sana. Ji Hoon pun memberi selamat.

“Apa kau memberikan ucapan selamat karena aku akan jauh atau karena aku akan menjadi seorang professor?” tanya Na Yoon dan Ji Hoon menjawab keduanya. Na Yoon kemudian melihat anak kucing yang Ji Hoon bawa.

“Kau tidak suka binatang,”  ucap Na Yoon.


“Kapan aku bilang seperti itu? Mungkin kau mengingat orang lain,”jawab Ji Hoon dan tersenyum. Sebelum Ji Hoon pergi, Na Yoon memberikan ucapan selamat atas pernikahan Ji Hoon dan Hye Soo.

“Terima kasih,” jawab Ji Hoon dan mereka kemudian berjabat tangan.


Joo Yeon mendandani Hye Soo dengan menggunakan wig pendek. Sebenarnya Hye Soo tak terlalu pede memakainya, namun Joo Yeon berkata kalau Hye Soo terlihat cantik menggunakannya.


Joo Yeon duduk di depan Hye Soo dan menghela nafas, “Orang itu sangat kuat. Dia datang kemarin pagi dan menyiapkan barang-barangmu. Rumah itu sangat nyaman dan sangat bagus. Eun Sung dan dia tidak bisa hidup tanpa satu sama lain. Orang akan berpikir kalau mereka adalah ayah dan anak. Kang Hye Soo, kau tau… aku merasa iri pada kalian. Panggang biji wijen ( aroma madu ) dan itu menyenangkan. Hidup dengan baik,” pesan Joo Yeon dan dengan mata berkaca-kaca Hye Soo mengucapkan terima kasih.


Dalam perjalanan menuju kamar rawat Hye Soo, Ji Hoon bertemu dengan dokter yang merawat Hye Soo dan Ji Hoon langsung berterima kasih atas semua kerja keras dokter dalam membantu Hye Soo bertahan.

"Rawatlah pasien. Jika tumornya mengenai saraf-nya, dia bisa kehilangan penglihatannya dan lumpuh. Ini akan terasa sulit bagimu sebagai suami. Mari kita melakukan yang terbaik sampai akhir,” ucap dokter dan Ji Hoon mengerti lalu berterima kasih.


Ji Hoon masuk ruang rawat Hye Soo dan terkejut melihat Hye Soo mengenakan rambut palsu. Hye Soo pun berkata kalau dia terlihat seperti baru dari salon.

“Aku kira kau pergi ke tempat yang murah. Ini terlihat kuno,” komentar Ji Hoon.


“Sungguh! Apa yang kau bicarakan? Ini salah satu yang paling mahal. Aku membelinya di tempat yang direkomendasikan oleh Ho Joon,” jelas Joo Yeon yang tak terima kalau pilihannya di bilang kuno dan murah.

“Ho Joon?” tanya Ji Hoon dan Joo Yeon pun menyadari kalau dia sudah keceplosan.


Mereka bertiga sampai di rumah baru dan kedatangannya langsung disambut nyanyian selamat dari Eun Sung dan Manager Park. Selesai menyanyi, Hye Soo langsung memeluk dan mencium Eun Sung.

Hye Soo terlihat menangis saat bertanya apa Eun Sung tidak merindukannya. Joo Yeon pun langsung berkata kalau tidak boleh ada air mata malam ini. Karena ingin memberikan waktu bersama pada Ji Hoon, Hye Soo dan Eun Sung di rumah baru mereka, Joo Yeon pun mengajak Manager Park pergi.

Setelah Manager Park dan Joo Yeon pergi, Hye Soo berkomentar kalau ruangan itu di hias dengan begitu berlebihan dan bertanya kapan Ji Hoon melakukan semua itu.

“Apa kau menyukainya?” tanya Ji Hoon pada Hye Soo.


“Ya, aku menyukainya,” jawab Eun Sung menggantikan ibunya. Ji Hoon kemudian menunjukkan 3 anak kucing yang dia bawa dari restoran pada Eun Sung dan tentu saja Eun Sung senang bisa bermain dengan kucing.

Hye Soo melihat ke arah Ji Hoon dengan tatapan haru. Dia terharu atas semua yang Ji Hoon lakukan untuknya.


Hye Soo menemani Eun Sung tidur.


Setelah Eun Sung terlelap, Hye Soo keluar kamar Eun Sung dan melihat Ji Hoon sedang merapikan obat-obat milik Hye Soo lalu menyimpannya di bawah meja. Ji Hoon lalu bertanya apa Hye Soo suka dengan bentuk LOVE yang dibuat Ji Hoon menggunakan balon dan berkata kalau semua itu adalah keinginan Hye Soo.

“Hmm, tidak semuanya,” jawab Hye Soo.

“Kau menolak lamaranku?”

“Aku rasa aku harus berpikir tentang hal itu lagi,” ucap Hye Soo dan Ji Hoon langsung protes. Hye Soo lalu menyuruh Ji Hoon pulang dan Ji Hoon tidak mau karena dia tak punya rumah lagi dan itu adalah rumahnya sendiri.


“Apa kau pikir itu masuk akal bagi pasangan yang sudah menikah? Apakah kita orang asing? Kenapa kita harus hidup terpisah? Aku punya rumah ini, kita bisa tetap bersama-sama,” ucap Ji Hoon dan hendak mencium Hye Soo. Namun, disaat Ji Hoon mendekatkan wajahnya Hye Soo sedikit menghindar.


“Baiklah. Aku akan pergi,” ucap Ji Hoon dan pergi. Ekspresi Hye Soo terlihat kecewa saat di tinggal Ji Hoon. Tapi ternyata Ji Hoon tidak benar-benar pergi, dia hanya berputar kemudian kembali dan langsung menggendong Hye Soo.


“Haruskah kita minum secangkir teh?” tanya Ji Hoon dan membawa Hye Soo ke dalam kamar. Ji Hoon kemudian membaringkan Hye Soo di atas tempat tidur. Hye Soo berkata kalau mereka bisa membangunkan Eun Sung jika mereka berisik.

“Apakah aku mengatakan sesuatu yang berbeda?”

“Huh?”

“Berbaring dan beristirahatlah. Aku akan membuat teh,” ucap Ji Hoon dan turun dari ranjang. Di tinggal lagi oleh Ji Hoon, membuat raut wajah Hye Soo kecewa lagi.


Tapi ternyata, Ji Hoon bukan pergi membuatkan teh, melainkan hanya menutup pintu. Setelah pintu tertutup, Ji Hoon langsung naik lagi ke ranjang dan menciumi Hye Soo.


“Apa yang membuatmu terlihat lebih cantik? Ketika rambutmu panjang. Kalau kau memakai wig, wig ini bagus juga,” ucap Ji Hoon dan Hye Soo bertanya apa Ji Hoon pikir dia akan mati. Ji Hoon mengiyakan. “Aku hampir… mati bersamamu,” aku Ji Joon.

“Itulah sebabnya… aku tidak ingin mati. Karena aku takut, kau akan ikut mati denganku,” ucap Hye Soo dan mereka berdua kembali berciuman.


Paginya, Hye Soo bangun dan tak menemukan Ji Hoon juga Eun Sung. Di atas meja, Hye Soo menemukan catatan kecil yang bertulisakan, “Kami akan lari pagi. Tidurlah yang nyenyak.”


Selain catatan kecil itu, ada juga pil yang harus Hye Soo minum di pagi hari. Hye Soo bahagia dengan semua perhatian yang Ji Hoon berikan.



Di sebuah taman yang penuh dengan pepohonan, Ji Hoon dan Eun Sung lari pagi. Karena Eun Sung sudah merasa lelah, Ji Hoon pun menggendongnya. Ji Hoon kemudian mengajak Eun Sung untuk membuat Hye Soo bahagia.

“Mari kita beri dia 10 macam yang bisa membuatnya bahagia. Omma butuh bahagia sekarang,” ucap Ji Hoon dan Eun Sung setuju.

“Omma… bilang dia bahagia kalau melihatku,” ucap Eun Sung.

“Itu benar. Eun Sung yang terbaik. Kalau begitu, kau harus selalu tersenyum setiap hari di hadapan Omma, mengerti?” pinta Ji Hoon dan Eun Sung mengiyakan. Ji Hoon kemudian mengajak Eun Sung untuk mencari hadiah untuk Hye Soo terlebih dahulu sebelum pulang dan Eun Sung kembali setuju.


Di rumah, Hye Soo sedang menyiapkan sarapan untuk Eun Sung dan Ji Hoon. Saat dia akan menggulung telur, tiba-tiba pandangan Hye Soo kabur dan tangannya gemetar. Hye Soo terdiam dan terus melihat ke arah kertas kecil yang berisi catatan dari Ji Hoon. Setelah beberapa saat, penglihatan Hye Soo kembali normal.



Dalam perjalanan pulang, Ji Hoon mendapat telepon dari ibunya yang berkata kalau dia sudah pulang dari RS dan akan pulang ke kampong halamannya. Mi Ran ingin memulihkan kesehatannya di kampung halaman saja. Diapun berpesan agar Ji Hoon memikirkan keluarganya.


“Kita bertemu sebentar, omma,” pinta Ji Hoon namun Mi Ran menolak. “Tidak, aku akan menghubungimu nanti,” ucap Ji Hoon dan menutup telepon.

“Apa itu nenek?” tanya Eun Sung dan Ji Hoon mengiyakan. Dia kemudian menggendong Eun Sung masuk rumah.


Sampai rumah, Hye Soo bertanya kenapa mereka berdua perginya lama. Eun Sung menjawab kalau Ji Hoon bilang mereka harus membeli hadiah, jadi mereka pergi ke tempat yang sangat jauh. Hadiah yang mereka beli adalah kacang panggang dan kue beras dengan wijen.

“Siapa yang mau makan ini sebagai sarapan?” tanya Hye Soo.

“Kau tidak suka?” jawab Ji Hoon.

“Kau tidak suka?” ucap Eun Sung mengikuti ucapan Ji Hoon dan tingkah Eun Sung itu membuat Hye Soo dan Ji Hoon tertawa. Hye Soo lalu menyuruh keduanya cuci tangan kemudian sarapan, karena dia sudah menyiapkan sarapan untuk mereka berdua.

Sebelum mereka semua mulai makan, seperti biasa mereka selalu bekata “Aku akan menikmatinya.” Mungkin kalau di Korea kata-kata itu kaya doa sebelum makan kali yah. Hye Soo kemudian berkata kalau di kulkas tidak ada bahan masakan, jadi nanti dia akan pergi berbelanja dan besok dia akan memasak makanan yang enak untuk mereka berdua.


Ji Hoon dan Eun Sung mulai makan. Hye Soo pun bertanya pendapat mereka tentang makanan yang sudah dia buat.


“Ommaku adalah juru masak yang hebat kan?” tanya Eun Sung pada Ji Hoon.


“Omma Eun Sung yang terbaik! Dia hebat. Dia bukan manusia kan?” ucap Ji Hoon dan Eun Sung mengajaknya high five. Ji Hoon kemudian juga mengajak Hye Soo untuk high five. Hye Soo mencoba jajanan yang Ji Hoon beli dan Hye Soo suka rasanya.


Selain Ji Hoon sarapan dengan keluarga kecilnya, Sung Kook hanya sendirian di meja makan yang besar. Tak ada keluarga yang menemaninya lagi. Sung Kook merasa kesepian, bahkan setelah makan, tak ada teman yang bisa dia ajak bicara.


Ji Hoon pamit kerja pada Eun Sung dan sebelum Ji Hoon keluar gerbang, dia mendapat telepon dari Direktur Park yang memberitahu kalau Sung Kook jatuh pingsan, namun dia tidak mau diopname dan memilih pulang. Direktur Park menambahkan kalau sepertinya penyakit apopleksia Sung Kook kambuh lagi.

“Aku mengerti. Aku akan menemuinya,” jawab Ji Hoon dan menutup telepon. Eun Sung yang sedang bermain dengan kucing dan berada tak jauh dari Ji Hoon, langsung bertanya apa ada yang sakit? Namun Ji Hoon menjawab tidak ada yang sakit.


Ji Hoon menemui Sung Kook dan bertanya apa dia sakit. Dengan pengertiannya, Ji Hoon kemudian mengambilkan selimut dan menyelimuti ayahnya, karena Sung Kook terlihat kena flu.

“Mungkin sekarang ini, aku tidak punya banyak waktu. Saat aku pingsan, seharusnya aku mati saja. Tidak anakku… tidak istriku… tidak ada seorangpun yang mau ngertiin aku,” ucap Sung Kook.

“Aku dengar Ibu dan Hyung pergi ke Amerika.”


“Ya, pergi atau tidak terserah mereka,” jawab Sung Kook dan Ji Hoon bertanya apa Sung Kook makan dengan teratur. Sung Kook menjawab kalau makan sudah tidak penting lagi baginya, karena semuanya tidak ada gunanya lagi. Sung Kook lebih merasa kalau mati adalah yang terbaik untuk dirinya.

“Aku sangat kecewa denganmu. Aku pikir kau seperti aku dan punya ambisi yang sama denganku. Aku tidak berpikir kalau kau mengkhianatiku seperti ini dan lebih memilih wanita itu.”

“Ayah kau harus semangat. Jangan lupa makan dan jaga kesehatan. Aku akan pergi sekarang,” jawab Ji Hoon pergi.

“Bagaimana kau…bisa menghinaku? Apa kau tidak… menghormatiku sebagai ayahmu?” tanya Sung Kook.


“Aku tidak pernah bermaksud menghina Ayah. Aku bersyukur, Ayah sudah membesarkanku. Sudah mengasuhku dan bersyukur karena sudah memberikanku banyak pengalaman. Aku tidak bisa kembali ke perusahaan, tapi faktanya kalau aku ini anak Ayah, tidak bisa diubah,” ucap Ji Hoon dan Sung Kook memintanya untuk kembali bekerja di perusahaan.

“Sampai kapan kau akan hidup seperti itu?” tanya Sung Kook.

“Ayah. Saat ini aku bahagia dan merasa puas dengan kehidupanku.”

“Omong kosong! Akan aku tunggu 6 bulan kedepan dan kita lihat apa kau masih bisa bilang bahagia.”

“Semoga Ayah selalu sehat, ayah. Aku akan pergi. Aku akan berkunjung lagi,” ucap Ji Hoon dan berjalan pergi.


“Bodoh! Apakah kau tidak tahu bagaimana cara berterima kasih, dasar!!” teriak Sung Kook dan melempar buku. Namun Ji Hoon tetap pergi meninggalkan Sung Kook yang sedang sangat emosi.

Dari kutudrama.com (ini hanya copas dari kutudrama karena web postingan muncul peringatan berbahaya)

0 Comments: