Dari kejauhan Mi Ran melihat Hye Soo mengantar Eun Sung ke mobil sekolahnya. Dia terlihat senang melihat ibu dan anak itu, namun dia tak me...

Marriage Contract Episode 16 - 2 Final

 Dari kejauhan Mi Ran melihat Hye Soo mengantar Eun Sung ke mobil sekolahnya. Dia terlihat senang melihat ibu dan anak itu, namun dia tak menemui mereka berdua. Mi Ran hanya melihat mereka dari jauh.

Sambil bermain air kolam, Mi Ran menunggu kedatangan Ji Hoon. Tak lama kemudian Ji Hoon datang menghampirinya. Ji Hoon bertanya bagaimana keadaan Mi Ran dan Mi Ran menjawab baik-baik saja, begitu juga dengan Tuan Oh. Dia bahkan sudah pulang terlebih dahulu ke rumahnya. Mi Ran kemudian memberikan uang pada Ji Hoon.


“Saat anakku menikah, sebagai seorang ibu, aku tidak bisa hanya diam saja. Ini hadiah pernikahanmu, setidaknya belikan dia sebuah cincin,” ucap Mi Ran dan tentu saja Ji Hoon senang menerimanya. Bahkan dia sempat bercanda dengan berharap kalau uang yang diberikan ibunya itu banyak. Mi Ran kemudian mengaku kalau sebenarnya dia ingin bertemu dengan Hye Soo, namun tak jadi karena dia sangat yakin saat mereka berdua bertemu, Hye Soo lah yang nantinya meras tak nyaman.

Mi Ran bisa tahu bagaimana penderitaan yang sudah Hye Soo alami dan dia sangat berterima kasih karena Hye Soo masih bertahan hidup untuk Ji Hoon, jadi Mi Ran meminta Ji Hoon untuk merawat Hye Soo dengan baik. Ji Hoon pun mengiyakan permintaan sang ibu.


“Berbahagialah. Aku setuju dnegan pilihanmu. Karena itu, kalian berdua harus menjalaninya dengan baik,” pesan Mi Ran dan Ji Hoon berterima kasih. Ji Hoon kemudian menghampiri Mi Ran dan berkata kalau dia juga harus menjalani hidup dengan baik lalu memeluknya.


Di rumah, Eun Sung menggambar Hye Soo dan Ji Hoon. Eun Sung kemudian meminta Hye Soo untuk menambahkan gambar mahkota. Namun tangan Hye Soo terhenti saat hendak menggambar, dia terlihat bingung harus membuat gambar mahkota dimana. Sampai-sampai dia hampir menggambar di bagian mata.

“Eun Sung-a, penglihatan Omma lagi ada masalah,” aku Hye Soo pada Eun Sung dan Eun Sung menyarankan agar Hye Soo menggunakan kacamata. Hye Soo kemudian menyuruh Eun Sung yang menggambar mahkotanya.

Young Hee membawa banyak barang dan mencari alamat rumah Hye Soo. Tepat disaat itu, Hye Soo keluar rumah untuk mencari udara segar. Mereka berdua pun bertemu. Young Hee lansung menanyakan keadaan Hye Soo dan Hye Soo menjawab baik-baik saja.

Di dalam rumah, Hye Soo mengeluarkan barang-barang yang Young Hee bawa dan ternyata semua itu adalah lauk pauk yang sudah Young Hee sendiri masak untuk Hye Soo dan keluarga kecilnya.

“Dan ada dua macam bubur. Meskipun kau tidak ingin makan, makan saja,” pesan Young Hee dan langsung beranjak untuk melihat-lihat rumah baru Hye Soo. Young Hee pergi ke dapur dan Hye Soo mengikutinya. Hye Soo menyuruh Young Hee duduk dan dia akan membuatkan kopi, namun Young Hee melarang karena dia tak mau minum kopi, dia hanya ingin ngobrol dengan Hye Soo.

Young Hee menggenggam tangan Hye Soo, “Hye Soo-a...mulai sekarang, anggap aku sebagai ibu kandungmu dan kau bisa meminta apa saja padaku. Dari dulu, aku sudah ingin seperti ini. Aku tidak punya putri kan? Aku harap kau bisa menganggapku seperti itu dan kau bisa memita apa saja padaku,” ucap Young Hee dan Hye Soo berterima kasih. “Saat kau berada di RS. Aku sudah banyak berdoa. Aku sudah jahat padamu, aku pikir aku sudah kena karmanya sekarang. Kau sudah berusaha keras untuk tidak membebani orang lain. Itu sebabnya terjadi seperti ini... apa kau tahu itu?” tanya Young Hee dan kemudian meminta pendapat Eun Sung. Dari jauh Eun Sung menjawab benar sekali.

Young Hee kemudian meminta Hye Soo untuk melupakan tentang Eun Sung dan mulai sekarang Hye Soo harus memikirkan dirinya sendiri. Dengan mata berkaca-kaca, Hye Soo mengangguk dan berterima kasih.


Di Restoran Promise. Manager Park memanggil Cheff Kong yang sedang sibuk memasak dan bertanya apa benar dia mengundang Hye Soo ke restoran mereka. Tanpa menoleh, Chef Kong mengiyakan karena dia merasa Hye Soo sudah banyak membohongi dirinya.

“Chef, apa mungkin kau menyukai Hye Soo?” tanya Manager Park dan itu membuat Chef Kong marah. Manager Park kemudian memberitahu Chef Kong, kalau Hye Soo sedang sedikit sakit, jadi dia tidak boleh makan makanan berminyak dan semua makanan berbahan tepung, jadi Chef harus masak sayuran saja. Mendengar itu Chef Kong tentu saja penasaran dan bertanya Hye Soo sakit apa, namun Manager Park tidak mau memberitahunya.

“Dia hamil?” tebak Chef Kong.

“Tidak, bukan seperti itu!” bantah Manager Park.

“Yang aku lakukan selama ini hanya mengutuk Direktur. Karena dia pergi, jadi terasa sangat sepi,” aku Chef Kong.

“Dia orang yang baik.”

“Aku tidak pernah bilang kalau dia orang yang jahat kan? Aku tidak bilang begitu kan?” tanya Chef Kong dengan nada kesal.

“Dia laki-laki yang baik!” jawab Manager Park dengan tegas.

Di rumah Hye Soo sedang berdandan, agar dia terlihat fresh dan cantik saat bertemu dengan semua pegawai restoran Promise. Hye Soo kemudian meminta Ji Hoon untuk tidak memberitahu mereka semua tentang penyakitnya dan Ji Hoon mengiyakan.


Ji Hoon dan Hye Soo sampai dan ketika keluar mobil, Hye Soo merasa pusing jadi dia meminta Ji Hoon menggandengnya. Acara makan-makan pun dimulai. Manager Park lalu mengumumkan kalau Ji Hoon ingin mengucapkan permintaan maaf pada mereka semua, karena dia sudah berkencan secara diam-diam dan berbohong pada mereka semua.


Ji Hoon berdiri dan mengaku kalau selama ini dia sudah banyak menyebabkan dan melakukan kesalahan. “Aku merasa bersalah, sudah berpura-pura menjadi baik. Tapi dalam hal apapun... bagiku, kalian semua sangat spesial, jadi kami datang untuk mengucapkan terima kasih. Kami sudah menikah. Sungguh-sungguh menikah,” aku Ji Hoon.


“Apa maksudmu, sungguh-sungguh menikah?” tanya Chef Kong tak mengerti dan sebelum mendapat jawaban dari Ji Hoon, mereka semua kedatangan tamu lagi dan orang yang datang adalah Joo Yeon.


Joo Yeon datang sambil menjawab pertanyaan Chef Kong, “Artinya seorang pria dan wanita saling suka satu sama lain, Tuan Chef.”  Melihat kedatangan Joo Yeon, Hye Soo terkejut dan juga senang. Chef Kong kembali meminta penjelasan tentang apa yang terjadi, bagaimana mereka merahasiakan semuanya dan menimbulkan rumor yang tidak benar. Lagi-lagi Joo Yeon yang menjawab rasa pertanyaan Chef Kong, dengan mengatakan kalau mereka semua ada di tempat itu sekarang untuk mengucapkan pada Ji Hoon dan Hye Soo.

“Apa kau menghubungi mereka agar bisa diinterogasi dan disiksa?” tanya Manager Park kesal dan sebelum Chef Kong membalas pertanyaan Manager Park, Joo Yeon langsung menoleh ke arah Chef Kong dan membuat Chef Kong diam. Chef Kong tak pernah bisa membantah perkataan Joo Yeon.


Ji Hoon kemudian mengakui kalau semuanya itu adalah kesalahannya, karena dialah yang selama ini berusaha merebut hati Hye Soo. “Akhirnya aku bisa mendapatkan hatinya, aku akan diusir dari rumah kalau kau berbicara mengenai masa laluku,” ucap Ji Hoon pada Chef Kong. Chef Kong ingin menjawab tapi setelah Joo Yeon bertanya apa ada yang ingin Chef Kong katakan, Chef Kong kembali menjawab tidak dan langsung diam.

Joo Yeon kemudian memberi kode pada Manager Park, untuk melakukan sesuatu yang bisa membuat suasana jadi ceria. Manager Park meminta Ji Hoon dan Hye Soo bernyanyi, tapi karena Hye Soo tidak mau, manager Park pun mengubah permintaan. Dia meminta agar mereka berdua berciuman.

“Baiklah, aku akan mencium, jadi tolong lupakan semua kesalahanku yang dulu. Lebih baik, kalian do’akaan  kami,” ucap Ji Hoon dan kemudian mengajak Hye Soo berdiri. Di depan semua orang mereka pun berciuman, namun setelah itu Hye Soo tiba-tiba merasa pusing dan reflek membuat Hye Soo tertunduk di pundak Ji Hoon. Melihat itu, Chef Kong mengira kalau Hye Soo malu dan sangat menyukainya.

“Ah, baiklah.... kita makan makanan lezat ini dulu!” ucap Joo Yeon mengalihkan perhatian yang lainnya, agar mereka tidak melihat kalau Hye Soo sedang tidak sehat. Hye Soo sendiri langsung berlari ke dapur, agar yang lain tidak melihat ekspresi kesakitan yang dia rasakan. Setelah merasa baikan, Hye Soo kembali duduk di tempatnya.

Manager Park mencoba sup buatan Chef Kong dan berkomentar kalau rasanya sangat asin, disaat semuannya mengeluh rasa sup-nya keasinan, Hye Soo malah menambahkan garam pada sup-nya.


“Ahjumma, apa tidak terlalu asin?” tanya A Ra dan yang lain juga mengatakan kalau supnya memang keasinan.

Hye Soo menyicipi sup-nya dan dia masih merasa kurang asin. Hye Soo hendak menambahkan garam lagi, namun Ji Hoon mencegahnya.

“Jangan terlalu banyak makan garam,” ucap Ji Hoon.


“Rasanya hambar,” jawab Hye Soo.


Chef Kong melihatnya dan jadi penasaran dengan rasa sup milik Hye Soo. Diapun mencobanya dan langsung keasinan. “Oh, Kang Hye Soo! Kau sedang protes sekarang! Apa kau marah padaku?” tanya Chef Kong sedikit kesal.

“Tidak, Chef. Ini.... ini hanya sedikit hambar tapi masih bisa dimakan,” jawab Hye Soo yang merasa lidahnya masih tak bermasalah.

“Dia bilang ini hambar! Ahjumma, apa ada masalah dengan lidahmu?” tanya A Ra dan Ji Hoon langsung menukar piring miliknya dengan piring milik Hye Soo. Seung Joo yang tak ingin suasana jadi runyam, langsung meminta A Ra diam.


Joo Yeon mencoba sup milik Hye Soo dan berkata kalau sup milik Hye Soo memang terasa hambar. Ji Hoon juga mencoba dan berkomentar sama, sup Hye Soo memang hambar. Mendengar semua itu, Hye Soo akhirnya sadar kalau lidahnya mulai bermasalah. Hye Soo dan Ji Hoon saling menatap seolah-olah mereka bicara dengan mata. Ji Hoon kemudian menggenggam tangan Hye Soo untuk menenangkannya.


“Pasangan ini... mereka berdua aneh,” komen Chef Kong ketika melihat Ji Hoon dan Hye Soo terus saling pandang.

“Mereka bilang kalau pasnagan akan saling menyerupai satu sama lain. Aku rasa selera mereka sama, benar kan?” tanya Joo Yeon dan Chef Kong langsung membenarkan.

“Aku rasa aku terlalu bersemangat karena sudah lama tidak datang kesini,” ucap Hye Soo menjelaskan.

“Kang Hye Soo, apa kau? Apa kau...?” ucap Chef Kong berusaha menebak kenapa Hye Soo bertingkah aneh dan membuat Hye Soo, Manager Park juga Joo Yeon berusaha membuat Chef Kong tidak mengatakan apa yang ingin dia katakan. Karena itu akan menjadi gosip baru. Namun Chef Kong yang memang tak bisa dikendalikan, dengan seenaknya mengatakan kalau Hye Soo hamil. Gara-gara Chef Kong, pegaawai yang lainpun langsung percaya dan mereka bersulang untuk memberi selamat atas kehamilan Hye Soo.


Acara makan-makan selesai dan merekapun pulang. Di dalam mobil, Hye Soo berkata kalau Ji Hoon pasti sudah merasa kelelahan hari ini. Ji Hoon menjawab kalau dia tidak lelah sama sekali. “Apa kita harus pergi ke suatu tempat?” tanya Ji Hoon.

“Tidak, mari kita jemput Eun Sung,” jawab Hye Soo dan terus mencium telapak tangannya. Ji Hoon bingung dengan apa yang Hye Soo lakukan, sehingga dia juga mengikuti apa yang Hye Soo lakukan.

“Terima kasih.”

“Untuk apa?”

“Kenapa aku bikin masalah di hari seperti ini? Benar kan? Aku akan menangis sebentar. Jangan melihat!” ucap Hye Soo dan memejamkan matanya.


“Aku mau menangis duluan. Jangan melihat!” ucap Ji Hoon.

“Kenapa kau menangis? Ahh... benar-benar,” keluh Hye Soo dan terseyum. Keinginannya untuk menangis jadi hilang. Ji Hoon lalu berkata kalau matahari mulai terbenam dan Hye Soo malah mengeluh, dia merasa tak nyaman dengan semua yang Ji Hoon katakan.


“Benarkah?” tanya Ji Hoon dan mendekatkan wajahnya. Hye Soo menutup mulut Ji Hoon dan berkata dilarang berciuman. Dasar Ji Hoon nakal, dia malah hendak menggigit tangan Hye Soo.

“Kita pulang?” tanya Ji Hoon dan Hye Soo mengiyakan.


Hye Soo sudah berada di rumah, dia menemani Eun Sung tidur sambil berdongeng. “Dulu, ada seorang wanita bernama Hye Soo.”

Mendengar itu, Eun Sung tertawa dan menebak kalau Hye Soo akan bercerita tentang dirinya sendiri. Hye Soo membenarkan, karena dia ingin bercerita tentang dirinya ketika masih kecil.

“Masalah omma.... disaat omma masih kecil. Omma dan Appa sudah meninggal. Jadi si kecil Hye Soo di besarkan oleh neneknya,” cerita Hye Soo.

“Neneknya Omma?”

“Ya, nenekku. Dia sangat mencintai Hye Soo kecil. Hye Soo tidak kesepian meskipun dia tidak punya orang tua. Eun Sung-a, manusia tidak akan bahagia hanya karena mereka tidak memiliki sesuatu. Manusia tidak mengalami kesulitan hanya karena Omma dan Appa-nya tidak ada di dekatnya. Karena manusia menginginkan cinta. Eun Sung-a... Omma ingin anakku Eun Sung... menjadi orang yang memberikan cinta. Mungkin semua makhluk yang ada di dunia ini akan menjadi ibu bagimu. Pohon-pohon, rerumputan bahkan kerikil pun...akan menjadi Ommanya Eun Sung.”


“Bagaimana mungkin?” tanya Eun Sung.

“Apa maksudmu? Mungkin saja,” jawab Hye Soo dan Eun Sung mulai mengantuk. Eun Sung berguling dan mulai tidur. Pandangan Hye Soo kembali kabur, dia tak bisa melihat Eun Sung dengan jelas.


“Anakku Eun Sung yang cantik. Bahkan jika Omma tidak bisa melihat anakku Eun Sung. Omma masih bisa melihatmu dengan jelas. Karena aku mencintaimu....  karena aku mencintaimu, aku bisa melihatmu dengan jelas,” ucap Hye Soo dan Eun Sung bertanya apa mata Hye Soo benar-benar sakit. Menahan tangis, Hye Soo menjawab kalau matanya semakin terasa sakit, jadi Eun Sung harus membantunya.

“Jangan khawatir, aku akan membantumu,” jawab Eun Sung.

“Terima kasih,” ucap Hye Soo dan Eun Sung langsung berguling lagi ke arah Hye Soo.


“Tolonglah... pakai kacamata,” pinta Eun Sung dan Hye Soo berjanji akan memakai kaca mata. Hye Soo menangis dan Eun Sung menghapus air matanya.

“Terima kasih, anakku Eun Sung-a... aku akan sangat mencintaimu dan sangat mencintaimu!” ucap Hye Soo.

“Oke. Aku juga akan sangat amat mencintaimu!” jawab Eun Sung dan kemudian memberikan ciuman untuk Hye Soo. Hye Soo dan Eun Sung mulai memejamkan mata mereka dan merekapun tertidur.


Di luar, Ji Hoon sedang sibuk memasang penyangga di dinding. Hal itu dia lakukan agar disaat Hye Soo pusing dan tak kuat berjalan sendiri, dia bisa menggunakannya. Hye Soo keluar kamar dan berkata kalau Ji Hoon sudah sangat bekerja keras untuknya.

“Aku punya permintaan,” ucap Hye Soo.

“Apa?”

“Aku ingin berdansa denganmu?”

“Berdansa?”

“Kau bilang kau mau melakukan apa saja untukku. Berdansa bersama seorang pria adalah keinginanku,” ucap Hye Soo dan Ji Hoon mengeluh karena Hye Soo selalu punya keinginan yang kuno. Mendengar itu, Hye Soo terlihat kesal dan hendak pergi.

“Baiklah. Aku akan melakukannya,” ucap Ji Hoon dan menarik tangan Hye Soo. “Bagaimana mungkin aku tidak bisa mewujudkan keinginanmu ini?”


Ruangan sekarang sudah di setting dengan suasana romantis yang dipenuhi dengan lilin-lilin berwarna. Hye Soo sendiri sudah mengenakan sebuah topi. Musik dinyalakan dan Hye Soo mulai mengajak Ji Hoon berdansa. Mereka berdansa mengikuti alunan musik. Dalam pelukan Ji Hoon Hye Soo berkata kalau mulai sekarang, mereka harus mendengar musik setiap hari, bernyanyi, bermain air hujan dan juga melihat bunga-bunga.

“Mari kita naik sepeda bersama Eun Sung dan juga bermain sepak bola dan mari kita pergi ke taman,” ucap Hye Soo dan Ji Hoon mengatakan kalau dia suka ide Hye Soo. Ji Hoon hendak mencium Hye Soo, namun Hye Soo mengelak.


“Setiap hari, kita bisa melakukan semua yang kita inginkan seperti ini. Dengan begitu... hidup kita akan selalu gembira,” ucap Hye Soo dan menari-nari sendiri.

“Itu yang ingin aku katakan.”

“Setiap manusia akan mati. Semua orang sudah diberi nomor. Jadi tidak perlu merasa sedih... atau khawatir. Orang yang hidup dengan semangat adalah yang terbaik!”

“Aku juga.”

“Katakan kepada mereka semua untuk datang, siapa yang peduli! Untukku, aku punya Eun Sung dan aku juga punya Ji Hoon,” ucap Hye Soo dan memeluk Ji Hoon.

“Kau benar,” jawab Ji Hoon dan mereka kembali melangkahkan kakinya mengikuti irama. Hye Soo meminta Ji Hoon untuk jangan menangis mulai sekarang, dia hanya boleh tertawa saja.

“Apa-apaan ini? Kau minta aku berdansa tapi gerakanmu kacau,” keluh Ji Hoon karena langkah Hye Soo mulai tak beraturan. Sebenarnya semua itu bukan karena Hye Soo tidak bisa berdansa, melainkan karena kakinya mulai lemas untuk di gunakan untuk melangkah.

“Sudah lama aku tidak berkencan dengan pria karena aku sibuk mencari nafkah,” jawab Hye Soo, tak ingin membahas masalah yang sebenarnya.

“Oppa akan membimbingmu. Karena aku sudah pernah berdansa,” ucap Ji Hoon dan Hye Soo setuju. Agar tak mengganggu mereka, Hye Soo melempar topinya. Bertatapan seperti itu dan menyadari bahwa fungsi anggota tubuh Hye Soo mulai melemah, Ji Hoon pun menahan tangisnya.

“Bolehkah aku... menyentuhmu?” tanya Hye Soo.

“Kau ini kenapa Ahjumma? Aku ini mahal. Kau mencoba untuk menyentuhku dengan gratis?” ucap Ji Hoon menundukkan matanya. Mata Ji Hoon sudah berkaca-kaca.


“Aku ingin menyentuh... suamiku yang tampan. Sehingga kau tidak akan melupakannya,” ucap Hye Soo dan Ji Hoon mulai menangis. Hye Soo menghampus air mata Ji Hoon dan memintanya untuk tidak menangis.


Melihat Ji Hoon menangis, Hye Soo pun jadi berkaca-kaca. Dengan mata berkaca-kaca dia meminta Ji Hoon mengatakan kalau dia mencintai Hye Soo.

“Itu memalukan. Haruskah aku katakan agar kau tahu?” tanya Ji Hoon.

“Tapi aku ingin mendengarnya.”


“Lupakan saja. Dengarkan saja dari pria lain,” ucap Ji Hoon dan terus menangis. Hye Soo kemudian berjinjit, dia mencium kening Ji Hoon dan kemudian memeluknya.

“Terima kasih... Ji Hoon Oppa,” ucap Hye Soo dan menangis, mereka berdua sama-sama menangis.


Paginya, Hye Soo dan Eun Sung menyiapkan bekal piknik mereka. Hari ini mereka akan pergi ke taman. Eun Sung sangat senang, karena terakhir mereka kesana, Eun Sung tidak sempat melihat apa-apa.

“benar, itu karena Appa!” ucap Hye Soo dan Ji Hoon pun muncul. Dia datang membawa kacamata hitam, satu untuk Hye Soo dan satunya lagi untuk dirinya sendiri. Sedangkan Eun Sung menggunakan kacamatanya sendiri.


Dalam perjalanan menuju taman, Eun Sung dan Hye Soo terus bernyanyi dengan gembira. “Jika ada yang bertanya padaku kapan saat-saat bahagia dalam kehidupanmu. Jawabanku akan selalu sama. Yaitu saat ini, disini dan sekarang ini,” ucap Ji Hoon dalam hati.


Mereka bertiga pergi ke kebun binatang dan melihat panda. Ketika melihat panda, Eun Sung memberitahu ibunya kalau panda itu berkata ingin tinggal bersama ketiga kucingnya.

“Benarkah?” tanya Hye Soo pada Ji Hoon.

“Kau bisa memelihara semuanya dengan baik kan?” jawab Ji Hoon dan kemudian mengecup bibir Hye Soo.


Setelah melihat panda mereka kemudian melihat pertunjukan sirkus. Mereka terlihat sangat bahagia. Mereka bertiga  juga berjalan-jalan di taman bunga.


“Aku tidak tahu berapa lama waktu yang kami miliki. Bisa setahun dan bisa juga sebulan. Mungkin juga hanya sampai besok, tapi bagiku... aku akan hidup tanpa ada penyesalan sama sekali,” ucap Ji Hoon dalam hati dan kemudian menggenggam tangan Hye Soo.


“Oleh sebab itu, hanya ada satu hal yang bisa aku lakukan sekarang.Aku mencintaimu, Hye Soo-a. Aku mencintaimu. Aku mencintaimu.smenit atau sedetikpun... tanpa lelah... aku mencintaimu..,”

The End

Dari kutudrama.com (ini hanya copas dari kutudrama karena web postingan muncul peringatan berbahaya)

0 Comments: